By Heru Afandi

Wednesday, March 4, 2015

Pemuda Harapan Bangsa?



Sumber : www.google.com


Kadang bingung juga kenapa sangat antusias dengan hal yang berbau jiwa muda. Seperti bahasan sebelumnya aku masih agak sedikit bingung tentunya ketika kita dihadapkan pada sejarah kemajuan peradaban, budaya, serta kemampuan berpikir bangsa yang tentu saja di motori oleh para pemuda Indonesia, tetapi kontradiksi dengan itu semua belakangan di era digital, era modern atau apalah namanya ternyata kita kemudian dapati bahwa tidak sedikit juga anak muda yang pada akhirnya hanya menjadi “ampas demografi”. Dalam pemahaman dangkal ini kita secara teoritis boleh saja menganggap bahwa anak muda itu mewakili keterbukaan terhadap hal baru atau perubahan, atau juga memiliki semangat kepemimpinan karena harapan dan mimpinya yang luar biasa, tetapi sekali lagi dengan pesimis kita katakan bahwa tidak sedikit anak muda yang pada hari ini lebih memilih menjadi “ampas demografi”.

Baru beberapa jam yang lalu ketika menonton berita sebuah stasiun TV lokal, diberitakan bahwa Kepala Daerah Kalbar diminta untuk membuat Perda guna mengatasi darurat narkoba di Kalimantan Barat, yaa.. Kalimantan Barat sedang mengalami darurat Narkoba. Pertanyaan berikutnya yang mungkin bisa di ajukan adalah  “Bagaimana mungkin kalimantan barat bisa di nobatkan darurat narkoba?”, jawaban yang tepat sekali adalah “ tentu saja dengan tegas boleh kita katakan karena anak mudanya tidak cukup peduli a.k.a apatis terhadap sesamanya, saudaranya, bahkan terhadap masa depannya juga mimpi – mimpinya. Sekarang kita lihat hubungannya dengan “Pemuda Harapan Bangsa”, bagaimana mungkin bisa menjadi pemuda harapan bangsa kalau nyatanya pada dirinya sendiri saja tidak peduli, malangnya kasus napza ini melanda tidak sedikit anak muda Indonesia. Motif penggunaan narkoba ini juga beragam di kalangan anak muda ini, ada yang ingin tampil keren sampai yang ingin lari dari kenyataan dengan ketenangan palsu yang pada akhirnya hanya berujung pada kematian atau boleh juga kita sebut bunuh diri perlahan. Padahal hukum teorinya sudah demikian jelas “Jika ingin melihat masa depan sebuah negara, maka lihatlah anak mudanya.”, sekarang bagaimana mungkin Indonesia menyandarkan masa depannya  pada anak muda yang rusak parah seperti itu, yang ada malah Negara kita yang semangkin rusak.

Masih hangat dan teingat dengan jelas bahwa beberapa waktu yang lalu ketika pemberitaan banjir jakarta sedang menjadi trending topik berbagai media massa nasional, menarik bukan? Tetapi seolah tidak mau kalah menyaingi berita banjir kita kemudian di kejutkan dengan pemberitaan “ Anak SD umbar kemesraan”, yapp adegan berciuman yang mengabadikan anak SD  itu terlihat sangat natural dan dewasa banget bagaimana tidak mereka ciuman mulut ala orang barat! Sebagian dari kita mungkin berpikir “Gila masih SD udah lihai, atau mungkin lucu juga ya cinta monyet mereka?”, bagi sebagian besar kita mungkin menilai hal itu untuk lucu-lucuan saja, tetapi ayo lahh coba kita berpikir sejenak, bukan kah kita orang timur sudah paham bahwa budaya timur itu adalah budaya yang beradap dan bermoral, sekarang bagaimana apakah kita sendiri masih bisa berkata bahwa kami orang Indonesia bagian bumi sebelah timur adalah bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi serta bermoral? Aku rasa tidak bisa lagi. Kasus di atas sudah menunjukan bahwa nilai nilai luhur bangsa timur sudah tercoreng oleh bangsanya sendiri, karena tidak kuat menahan nafsu, ehh salah, karena tidak kuat pemfilteran terhadap arus modernitas dan globalisasi sehingga budaya barat yang tidak pantas diadopsi turut masuk dengan ampas-ampasnya. Sekarang kita lihat siapa yang seharusnya bertanggung jawab?, media massa jelas memiliki andil yang besar bagi perusakan bibit bibit potensial Indonesia, secara umum media massa memiliki berbagai fungsi strategis misal fungsi informatif, Fungsi Inspiratif, fungsi Komunikatif dan fungsi Entertaiment atau fungsi hiburan. Sekarang, kalau media massa lebih menonjolkan sisi entertainmentnya melalui sinetron, berita gosip, FTV dan acara show yng jauh dari kata mendidik kita bisa apa selain mematikan tv?, Tentu saja media massa bukan satu – satunya yang dapat kita persalahkan akan masalah ini, media massa boleh saja melimpahkan kesalahan kepada orang tua masing masing, karena pada awalnya media telah lulus sensor juga sudah mencantumkan logo “B.O (Bimbingan Orang tua)”, lebih jauh lagi para orang tua cerdas yang tidak mau membiarkan anaknya rusak tentusaja sah jika melimpahkan kesalahan kepada pemerintah yang tidak tegas mengontol tanayangan yang tidak mendidik bagi anak – anak.

Seerupa dengan paragraf ke-2 di atas, masalah cinta-cintaan juga tidak hanya melanda anak – anak SD saja melainkan juga kakak dan abangnya yang berada di tingkat SMP, SMA dan Juga bangku kuliahan. Widihh, ternyata tantangannya besar juga ya ketika ingin menjadi anak muda yang sebenarnya, bagaimana tidak entah kapan dimulainya budaya cinta – cintaan ini yang jelas sampai pada hari ini kondisi ini semangkin parah bisa kita katakan sebagai masalah stadium 4. Sebagian besar orang kemudian berdalih bahwa mereka mencari pacar untuk sekedar memotivasi agar semagat sekolah, semangat kuliah, dsb tentu beberapa alasan berkaitan tentang motivasi itu sangat bisa diterima oleh akal sehat juga akal sakit sekali pun, tapi letak permasalahan yang sebenarnya adalah ketika  ternyata budaya cinta – cintaan ini kemudian berujung jadi budaya SEX. Berhubung saya juga adalah seorang anak muda berdasarkan cerita dari kawan – kawan yang berpengalaman dengan banyak wanita muda yang butuh perhatian dan kasih sayang, sudah dapat kita rangkum bahwa orientasi pacaran anak muda jaman sekarang ini tidak lagi mengarah ke tujuan semangat – semangatan tetapi sudah menjurang ke tujuan “Kepuasan Seksual”, sekali lagi orientasi pacaran anak muda jaman sekarang sudah berubah ke arah orientasi “Kepuasan Seksual”. Hal ini tentu sangat sejalan dengan budaya barat dan jelas jelas bertentangan dengan budaya timur yang kearifan lokalnya sangat kuat itu ternyata sudah terinfeksi oleh virus budaya barat yang tidak sehat, tetapi hal ini masih bisa kita sangkal bahwa ternyata banyak pemimpin di dunia ternyata seorang pecinta wanita (termasuk founding father Negara Kita tercinta). Sekarang kita sebagai kaum muda kembali di hadapkan dengan sebuah pertanyaan krusial, “Bagaimana mungkin bangsa Indonesia menyandarkan masa depannya kepada sebagian besar anak muda yang ke-barat baratan seperti diatas?”. Sekarang kembali saya ingatkan bahwa iming – iming “Bonus Demografi” mungkin saja berubah jadi momok “Bencana Demografi”. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah apa yang dilakukan anak mudanya!”.

Sekarang kita sedikit beralih kepada adek – adek kita yang berada di sekolahan, atau yang sekarang  (hari Rabu Pukul 08.38 WIB tanggal 4/3-2015) sudah berada di warung kopi, tempat bilyar, warnet, Mall, atau tempat wisata. Maksud saya para pelajar muda kita lebih merasa muda ketika bisa memilih untuk membolos pada jam sekolah demi hal yang mereka senangi ketimbang berada dalam lingkungan ilmiah yang ternyata mengekang kebebasan mereka dalam bermain dan beraktivitas. Tentu saja yang memiliki kesenangan membolos hanya segelintir orang saja dan tidak semua pelajar demikian, tetapi sebagaian yang lain ternyata juga menyumbang terhadap meningkatnya angka kenakalan remaja misal, tauran pelajar, geng motor dsb. Dan lebih parahnya lagi kalau ternyata kebiasaan kebiasaan saat mereka sekolah itu berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kita boleh saja tidak tergubris mengenai masalah ini karena menganggap hanya segelintir adek pelajar kita yang demikian dan bukan masalah besar kalau kita pikir. Tetapi kepikiran juga kan kalau berbagai masalah besar berawal dari masalah – masalah kecil seperti kenakalan pelajar tersebut.

Sekali lagi saya mengingatkan bahwa “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah apa yang anak mudanya lakukan!”. Tetapi rasanya tidak adil juga kalau kita hanya memandang negatifnya saja, beruntungnya Indonesia ternyata banyak juga ditemukan anak muda yang menginspirasi saya cantumkan beberapa misalnya Gerakan Indonesia mengajar, Gerakan Taman baca Untuk Indonesia, Traveling and Teaching, Indonesia Berkibar, Indonesia Menyala, Berbagai Himpunan Mahasiswa Prodi maupun daerah, berbagai komunitas anak muda yang positif yang berkaitan dengan Passion, Hobi, dsb ( misal Fotografi, parkour, Skate, BMX, Musik, travel, seni, budaya, dsb) dan masih banyak yang lain yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu. Tentu saja masih banyak hal positif yang dapat dilakukan anak muda indonesia yang kepada mereka lah harapan bangsa indonesia di tumpukan. Sedikit pesan tambahan Menurut saya, Anak muda itu harus antusias atau tertarik dengan isu – isu politis, bukan untuk ikut terhanyut di dalamnya melainkan agar tidak terbodohi!!

Sebenarnya saya masih ingin melanjutkan tulisan ini sebab memang masih banyak permasalahan yang ternyata tanpa atau pun sudah kita sadari menjadi masalah besar yang dapat saja mengancam kemajuan bangsa kita. Tetapi kalau berbicara masalah saja rasanya hanya membuat kita pesimis kalau bangsa kita bisa maju, maka dari itu saya sebagai anak muda mengajak sesama anak muda untuk dapat peduli dengan kondisi anak muda yang sekarang sedang di hadapi banyak sekali permasalahan. Minimal kita melakukan pendekatan persuasif untuk mengajak kawan dekat kita untuk melakukan hal yang positif, mungkin saja jik ada 40.000 anak muda dapat menyebarkan semangat positif maka kemajuan bangsa kita sudah di depan mata dan tinggal selangkah lagi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “ Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa maka lihat apa yang dilakukan anak mudanya!”.

Sumber : www.google.com


NEGARA KITA TERCINTA PUNYA 4 CITA – CITA BESAR YANG LUHUR, KALAU PEMUDA INDONESIA SENDIRI SAJA TIDAK MAU MEMANTASKAN DIRINYA, LANTAS KEPADA SIAPA LAGI NEGARA KITA MENOPANGKAN HARAPANNYA, YANG JELAS TIDAK MUNGKIN LAGI KEPADA PARA PAHLAWAN YANG TERLAMPAU LELAH MENEBUS KEMERDEKAAN RI.


HIDUP PEMUDA INDONESIA!!!

Salam dari anak pelosok negeri sebelah Kalimantan Barat. :D
Read More >>

Sunday, March 1, 2015

Pemuda Dalam Perspektif


Sumber : Google.com

Kebanyakan pasti setuju bahwa anak muda itu identik dengan hal – hal yang berbau semangat perubahan, ya sesuatu tentang cerminan jiwa muda, semisal : inovasi, kreatifitas, dan optimisme. Peranan pemuda yang lebih dominan sebagai penggerak perubahan tidak dapat terelakkan dan begitu banyak perihal itu telah terbukti secara teoritis maupun praktis di sekitar kita. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang diperbuat pemuda – pemuda dalam garis sejarah indonesia. Organisasi kepemudaan Budi Utomo misalnya, organisasi sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik . Budi Utomo sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908 berikutnya Tri Koro Dharmo, Jong Sumatra Bond, Jong Indonesia, dan organisasi juga Indonesia Muda yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda. Sudah sedemikian banyak organisasi kepemudaan yang tercatat dalam sejarah Indonesia, ini membuktikan bahwa para pemuda adalah motor penggerak perubahan (progres) Indonesia ke arah yang lebih baik.

Begitu pun pada hari ini, para pemuda seharusnya masih menjadi motor penggerak perubahan di tengah masyarakat. Dari pemuda yang notabene  memiliki antusiasme yang tinggi, bersemangat, serta terbuka pada hal baru itu kemudian ide – ide pembaharuan dilahirkan. Pemuda dari dulu hingga sekarang identik dengan hal berbau inovasi, kreatifitas yang pada gilirannya akan mendorong perubahan satu tingkat lebih maju. Berikut adalah uraian teoritis yang seharusnya melanda pemuda di Indonesia. Kreatifitas, inovasi serta semangat perubahan juga harapan akan sebuah keadaan masyarakat yang lebih baik menjadi representasi semangat muda dalam diri seorang pemuda di Indonesia. Begitu lah teorinya berbunyi, tetapi sekali lagi teori jika di lihat dari satu sisi tetap lah teori.

Nah sekarang mari lah kita lihat kondisi sebenarnya yang melanda para pemuda di Negara kita tercinta ini. Belakangan media sosial bisa di bilang sangaat akrab dengan sebagaian besar kaum muda di Indonesia, bukan terlampau hal yang tidak wajar mengingat fungsinya sebagai sarana komunikasi jarak jauh yang efektif dan efesien selama ada jaringan internet. Tetapi saking dekatnya, terlampau sering memainkannya sampai tiap jam juga tidak terlalu baik, padahal di interner terdapat banyak sekali konten berkualitas yang bisa menambah wawasan. Di perparah lagi sosmed sampai jadi tempat pencurahan perasaan dan sebagainya tetapi sejauh tidak berlebihan sosmed juga berdampak positif. Pengguna aktif sosial media yang notabene usia muda serta melebarnya fungsi sosmed selain sebagai media komunikasi telah berdampak ke mubazirnya sebagian besar waktu kaum muda, sementara itu menurut hemat saya, seorang anak muda harus menjaga efektifitas waktunya untuk hal yang berguna bagi dirinya sendiri. Hiburan memang perlu, tetapi jika berlebihan hanya akan membawa generasi muda Indonesia menjadi generasi muda yang tidak produktif. Dan puncaknya, besarnya jumlah pemuda yang tidak produktif pada gilirannya akan membuat harapan akan “bonus” demografi berubah berubah menjadi “bencana” demografi karena besarnya angka kaum muda yang tidak produktif. Tentu saja menjadi bagian dari bencana demografi saja sudah bisa membuat negara kita tercinta ini mengalami perlambatan yang signifikan dalam proses kemajuannya. Saya sering membayangkan jika anak muda indonesia akrab dengan buku, dan sekolah – sekolah itu setiap harinya penuh dengan diskusi begitu pun coffee shop. Rental game sepi juga tempat hiburan sepi pada hari wisata tetapi hanya ramai waktu weekend atau liburan tiba, banyak kaum muda yang berpikir maju menciptakan komunitas positif yang tidak hanya berkumpul tetapi juga bermanfaat banyak bagi masyarakat, Perpustakaan serta tempat-tempat ibadah dipenuhi anak muda setiap waktunya. Wah, tidak dapat saya bayangkan kalau sebagian besar anak muda indonesia sudah mampu berpikir maju serta dekat dengan kemajuan ilmiah serta rasa persatuan yang tinggi maka besar harapan saya bahwa kemajuan Indonesia sudah di depan mata.

Masih belum selesai dengan masalah yang kita hadapi sebagai kaum muda selain perilaku yang mencerminkan sikap hedonis, perilaku konsumtif, narkoba, dan perilaku cinta-cintaan dan masih banyak lagi masalah kaum muda, secara pribadi kita juga bingung pasti jika di hadapkan dengan pertanyaan “siapa yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap situasi kaum muda hari ini?”, atau pertanyaan “apa yang menyebabkan pergeseran nilai sampai seperti ini?”, tentu kita bingung menjawabnya. Apakah sosialisasi primer di keluarga kurang sempurna, atau kah kesalahan institusi pendidikan dasar, menengah juga atas yang hanya menekankan kemampuan menghafal bukan melahirkan para kaum muda yang pemikir, atau kah ini semua disebabkan konten media massa (televisi misalnya) yang hanya menyajikan fungsinya sebagai media entertainment yang lebih  banyak menyajikan konten tidak mendidik seperti sinetron, FTV, serta acara show yang jauh dari kata mendidik, atau kah pemerintah yang tidak serius dalam mengelola potensi muda Indonesia. Nah, tentu kita bingung siapa yang harus disalahkan dengan kondisi yang sedemikian kacau yang melanda kaum muda Indonesia. Sepengetahuan dangkal saya bahwa ini adalah permasalahan kita bersama, yang harus kita selesaikan secara holistis dan merupakan tanggung jawab kita bersama.


Sumber : Google.com


 
Entah apakah kita harus terkejut, atau sekedar pura – pura berpikir mengenai permasalahan yang kaum muda Indonesia hadapi ini, hal ini lebih di perburuk lagi apa bila kaum muda yang bermasalah ini ternyata lebih banyak yang tidak sadar bahwa sikap dan kebiasaanya ternyata menjadi bagian dari permasalahan muda Indonesia yang sangat krusial ini. Secara subjektif saya menilai masa muda harusnya menjadi masa yang produktif dan tidak pernah sia-sia. Tetapi bagaimana lagi, setelah sekarang kita dihadapkan dengan permasalahan besar yang luas, terstruktur dan mengakar ini. Tentu saja kita boleh bersikap pesimistis kalau bonus demografi akan berubah menjadi bencana demografi dan diam saja melihat masalah ini. Berbicara solusi saya juga terlampau pesimis andai ternyata  hanya saya sendiri yang menganggap ini sebagai sebuah masalah yang di hadapi pemuda pada hari ini.

Pemuda adalah insan yang identik dengan antusiasme, perubahan, aktif, positif dan produktif tetapi saya bilang sekali lagi ternyata hal ini adalah fiktif belaka kalau ternyata faktor-faktor pendukungnya tidak menjadi alasan bahwa anak muda harusnya memang demikian. Sekali lagi anak muda yang minim pengalaman ini butuh contoh dan teladan yang baik maka ia akan menjadi baik begitu aturan alam sebaliknya. Generasi muda adalah penopang peradaban dan budaya negara kita tercinta, kalau generasi mudanya sudah rusak/ dirusak maka saya sangat pesimis bahwa bonus demografi yang dicanangkan pemerintah akan  terwujud bahkan akan sebaliknya.

Dukung fungsi pemuda sebagai motor perubahan, maka kemajuan peradaban dan budaya negara kita tercinta ini bukan lagi sekedar angan tapi sudah di depan mata. Saya optimis masih banyak anak muda indonesia kalau Indonesia perlu dirinya.

Salam dari pemuda pelosok negeri sebelah Kal-bar. :D

Sumber : Google.com


Tulisan singkat kali ini akan saya tutup dengan beberapa qoutes tentang pemuda.

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri”
- Pramoedya Ananta Toer

“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”
- Pramoedya Ananta Toer

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .
- Bung Karno

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”.
- Tan Malaka



Read More >>

Wednesday, January 7, 2015

REALISTIS !!!



Tentu saja kita harus realistis kawan, bicara tentang organisatoris berbicara tentang team work, cooperation, dan manajemen SDM. Melihat kenyataan bahwa organisasi kemahasiswaan tingkat kampus sudah kehilangan sinarnya, tantu kita sebagai seorang mahasiswa harus berduka cita, juga tidak lupa melakukan instropeksi diri. Mengingat fungsinya yang sangat baik terutama sebagai “kolam terukur untuk belajar berenang sebelum terjun bebas ke lautan luas”, organisasi harus tetap eksis di dunia kampus. Betapa tidak organisasi kampus adalah salah satu sumber pembentuk pemimpin Indonesia kedepannya. Dengan  kondisi yang kian miris seperti ini organisasi ibaratkan seperti orang yang sakit, secara wujud masih hidup tetapi tidak produktif, tidak dapat berpikir, tidak mampu berbuat apapun bagi lingkungannya. Padahan mahasiswa harus sadar betul dirinya bukan lagi seorang bocah di bawah umur yang hanya bisa merengek minta susu. Seorang mahasiswa paling diidentikan dengan seorang pembelajar, intelektual, pemikir, insan akademis, mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi dan bukan seorang pemalas yang kerjaannya hanya tidur seharian di kos, dan kalau saya tidak salah faham perpustakaan seharusnya adalah rumah kedua mahasiswa setelah kos. Dan beruntungnya pemuda sangat diidentikan dengan seorang yang produktif, penggerak perubahan, juga berpengaruh bagi lingkungan sekitar.

Maafkan lah jika saya salah tafsir dengan mengatakan bahwa organisasi mahasiswa tingkat kampus pada hari ini sakit. Tentu saja tidak semua, karena pandangan subjektif ini adalah hasil observasi lingkungan dan pandangan sekilas setiap hari. Maka saya berani mengatakan bahwa pada hari ini organisasi mahasiswa yang katanya memiliki peluang terbesar bagi kemajuan bangsa itu telah gagal melakukan tugasnya. Saat ini fungsi organisasi kampus tak ubahnya sebagai event organizer, tentu bukan hal yang terlampau negatif bila ia lupa akan fungsinya sebagai tempat belajar dan bukankah makna belajar lebih luas dari sekedar buku – buku usang di perpustakaan. Tentu bukan hal yang negatif pula ketika kita berkeinginan untuk mengangkat nama organisasi kampus juga nama fakultas serta universitas, mengingat aktifitas organisasi mahasiswa dapat menambah penilaian terhadap akreditasi dewasa ini.

Saya harus mengatakan bahwa salah satu pensuplai calon pemimpin indonesia kedepan adalah organisasi kampus, bukankah mereka dikader lewat organisasi – organisasi kelingking ini. Melihat kondisi ini bukannya memaksa kita untuk terlampau pesimis hanya saja yang menjadi sebuah ketakutan adalah hilangnya fungsi ini, dan menempatkan institusi akademi yang bernuansa kemiliteran sebagau satu – satunya pensuplai sosok leader di negara kita.

Entah lah tidak boleh terlampau lancang juga ketika kita harus menyalahkan bahwa SDM di era modern ini terlampau terkontaminasi pengaruh globalisasi sehingga mereka cenderung lebih bersikap hedonis, dan apatis. Dan bukan hal yang terlampau buruk juga ketika kita menyalahkan budaya berorganisasi yang sudah terbentuk bertahun – tahun untuk menjadikan alasan bahwa kita harus lari dari tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Jika kita bandingkan kondisi mahasiswa Indonesia sebagai mahasiswa global dengan mahasiswa di negara lain tentu tidak daat kita samakan begiru saja mengingat kondisi latar belakang budaya serta orientasi pendidikan yang berbeda pula. Tetapi bukan hal yang harus dipermasalahakan juga ketika kita melakukan perbandingan dengan mahasiswa luar yang katanya memiliki “Otak yang lebih pekat warnanya”, terlebih hanya sebagai instropeksi diri saja. Mahasiswa tentu tidak boleh alergi terhadap buku, saya harus katakan lagi bahwa mahasiswa sejatinya adalah seorang pembelajar. Mulai dari masalah SDM ataupun budaya organisasi mana yang salah, bukan lah perkara yang harus kita cari terlebih kita tidak punya standar nasional karakter kader organisasi kemahasiswaan juga budaya organisasi. Tetapi tidak dapatkah kita sebagai kaum muda yang intelektualistis selama 8 semester (bukan sejenak) saja memikirkan keberlangsungan dari organisasi mahasiswa tingkat kampus, baru kemudian mahasiswa luar kampus yang skalanya lebih luas.

Kembali lagi keperkara organisasi tingkat kampus, bukan kah hal yang wajar bila kita dapat membedakan mana yang bermanfaat mana yang tidak bermanfaat. Bukankah mahasiswa itu seorang intelektualistis. Ingin mengatakan bahwa tujuan tertinggi dari organisasi kemahasiswaan adalah “Pengabdian Kepada Masyarakat”, hal ini sejalan dengan Tri dharma Perguruan Tinggi. Jika orientasinya adalah PKM maka secara langsung eksistensi kampus akan menjadi bonus yang besar bagi organisasi tersebut. Karena boleh saja jika kita ibaratkan sebagai tangga, jika berfokuspada tujuan yang tinggi maka anak tangga dibawahnya akan menjadi bonus. Jika artikel opini ini terlampau tersirat, maka maafkan lah saya. Semoga kemampuan berpikir yang lebih visioner dengan pendekatan harapan/cita – cita di hidayahkan Tuhan kepada kita semua para pembaca.


Salam dari Pemuda di pelosok Indonesia kepada dunia.   
Read More >>

Friday, December 5, 2014

Mahasiswa Antara Teori dan Praktis




Belakangan saya agak sedikit tertarik untuk mengangkat betapa sulitnya menjadi pemuda dengan status mahasiswa. Seperti sepemahaman pribadi ini yang sangat dangkal, dalam hal peran pemuda dengan status mahasiswa ini mempunyai 4 (empat) label peranan  yang bisa dibilang cukup krusial yaitu: agen kontrol sosial (social control), agen perubahan (agent of change), iron stock, dan moral force. Tentu secara pribadi, jika mengakui diri sebagai mahasiswa harus mengklaim ketiga  label peranan yang sangat krusial ini. Bila tidak mengakui peranan ini boleh saja mengaku mahasiswa berkedok murid/siswa. Karena jelas sekali bahwa masa menjadi siswa, hanya memiliki peranan sebagai iron stock dan belum memiliki tanggung jawab sosial dan tanggung jawab intelektual kepada masyarakat.

Sebelum lebih jauh ijinkan peranan tersebut untuk dijabarkan sesuai pemahaman pribadi ini yang masih sangat dangkal ini. Dalam artian kepahaman ini bahwa agen kontrol sosial dapat diartikan, bahwa mahasiswa sebagai barisan golongan masyarakat intelektual yang mampu berpikir dan bertindak tanpa embel – embel kepentingan segelintir orang artinya kepentingan mahasiswa adalah murni kepentingan rakyat. Maka dari itu menurut kesepahaman peranan ini lebih tertuju kepada pengawalan kebijakan politis yang lebih tertuju kepada aturan – aturan perundangan. Pemuda bertitle mahasiswa ini berdiri sebagai makhluk independent yang memiliki kebebasan berpikir dengan beragam latar belakang intelektualitas yang seharusnya murni tanpa kepentingan dalam artian tanpa mengharapkan feed back. Disini lah seharusnya dapat terlihat keterpaduan antara ketulusan untuk berbuat dengan kebebasan berpikir yang tanpa embel – embel kepentingan,sungguh sebuah peran yang sangat mulia sekali.

Kemudian dari pada itu masuk lah kita pada penjabaran peranan pemuda berkedok mahasiswa yang kedua, yaitu agen perubahan (agent of change). Dalam kesepahaman dangkal peranan mahasiswa yang ini lebih terarah kepada penggagas sebuah perubahan yang disinyalir dapat berimplikasi secara langsung bagi permasalahan – permasalahan masyarakat awam yang secara tersirat menaruh harapannya pada investasi SDM kepemudaan. Sungguh sangat mulia sekali peranan dari mahasiswa ini, dimana sebagai investasi intelektual masyarakat mahasiswa diharapkan dapat melakukan sebuah perubahan yang dampaknya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat tentunya tidak lepas dari ketulusannya dan tidak sama sekali terarah kepada tujuan profit oriented. Ternyata sungguh sangat mulia sekali peranan mu yang ke-2 wahai pemuda berkedok mahasiswa.

Berbicara lebih jauh lagi, kemudian kita sampai kepada peranan mahasiswa yang ketiga yaitu sebagai iron stock. Tentu kita bingung apa sebenarnya substansi dari iron stock ini, dalam peranan yang ketiga ini mahasiswa dituntut untuk mempersiapkan diri guna menggantikan generasi – generasi tua yang sudah dalam tanda kutip “berkarat”, berkarat disini dapat disepakati sebagai kurang produktif, kurang efektif, atau tidak relevan lagi bila dikaitkan dengan jaman. Sebagai iron stock pemuda berkedok mahasiswa ini kemudian diharapkan mau menempa diri menjadi besi (iron) yang berkualitas guna menggantikan besi – besi tua yang tidak lagi mampu menopang cita – cita bangsa yang terlampau tinggi. Tentunya masih dengan sifat intelektualitas, idealisme, dan ketulusan yang ada di dalam dirinya, yah seorang mahasiswa.

Kemudian sampai lah kita pada label peranan mahasiswa yang ke-empat yaitu  moral force (kekuatan moral). Secara moralitas bahwa mahasiswa dengan latar belakang intelektualnya memiliki sikap yang menjunjung tinggi nilai – nilai moral kebangsaan. Sikap kritis adalah bukti yang nyata bahwa mahasiswa adalah seorang yang senang berpikir, berpikir guna melakukan analisa terhadap segala perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai dampak dari kebijakan yang kurang tepat. Seorang juga mahasiswa dituntut untuk peka terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya.

Demikian penjabaran singkat mengenai teori peran pemuda berkedok mahasiswa tersebut, yang ternyata menurut teori memiliki peranan yang sangat mulia dan visioner. Nah, selanjutnya marikita kaji lebih mendalam singkronisasi antara teori dengan fakta empiris yang terjadi di sekitar saya, yap kenapa disekitar saya? Jawabnya terserah saya dong, toh saya yang membuat artikel ini.

Mari kita mengenal sejenak tentang mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan yang ada di sekitar saya. Dalam sebuah organisasi kita mengenal pula yang namanya pengkaderan. Pengkaderan adalah sebuah sarana paling terpenting bagi regenerasi organisasi guna kontinuitas organisasi tersebut. Melalui pengkaderan ini seorang kader akan di suguhkan rentetan kegiatan yang disetting guna merangsang jiwa kepemimpinannya (leadership) juga jiwa sosialnya. Lewat  pengkaderan pula nanti bakal lahir sosok – sosok pemimpin yang bakal meneruskan kepemimpinan di organisasi dalam jangka waktu pendek dan meneruskan kepemimpinan bangsa dan negara dalam jangka waktu yang lebih panjang. Dalam pengkaderan pula akan ditanamkan nilai – nilai karakter kemahasiswaan yang telah kita bahas di awal tadi. Oleh karena itu dapat kita umpamakan bahwa seorang mahasiswa dilahirkan ketika dia melewati proses pengkaderan. Maka dari itu pengkaderan harus lah murni dari segala unsur pembodohan.
Mahasiswa, Organisasi, dan pengkaderan adalah satu kesatuan. Dan jika boleh kita analogikan bahwa Organisasi adalah sebidang tanah yang subur, dan mahasiswa adalah bibit unggul yang siap tumbuh, maka pengkaderan yang baik adalah air segar yang mengandung pupuk yang dapat menjadi penyebab tanaman tumbuh lebih subur lagi. Pengkaderan yang baik pasti melahirkan banyak sosok pemimpin atau change maker atau para penggagas perubahan. Pengkaderan yang tidak maksimal hanya akan melahirkan sekelompok pengikut bahkan lebih buruk lagi dapat menghasilkan orang dengan kecenderungan sifat apatis dan para hedonis. Banyaknya mahasiswa yang apatis juga hedonis adalah bukti nyata gagalnya pengkaderan yang berlandaskan pendidikan.

Mahasiswa ternyata tidak sesederhana yang terlihat, jika kita mengacu pada yang seharusnya maka sangat sulit untuk mengklaim diri sebagai mahasiswa. Mahasiswa memang seorang pembelajar yang sangat haus ilmu pengetahuan yang juga memiliki tanggung jawab sosial dan tanggung jawab intelektual kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Kemajuan bangsa tidak akan pernah terwujud tanpa adanya peranan pemuda berkedok mahasiswa.  Maka dari itu mahasiswa harus sadar terhadap peranannya guna Indonesia Jaya.

 Akhir kata, Hidup Mahasiswa !!! Hidup Mahasiswa !!!
Read More >>

Monday, July 7, 2014

Konflik kesunyian


gambar pohon Oak



“The best remedy for those who are afraid, lonely or unhappy is to go outside, somewhere where they can be quiet, alone with the heavens, nature and God. Because only then does one feel that all is as it should be.”
~Anne Frank

Bila diartikan sesuai translate.google.com maka artinya kurang lebih seperti ini,
“Obat terbaik bagi mereka yang takut, kesepian atau sedih harus pergi ke luar, di suatu tempat di mana mereka bisa tenang, sendirian dengan langit, alam dan Tuhan. Karena hanya dengan demikian seseorang merasa bahwa semua adalah sebagaimana mestinya.”
           
            Hari ini adalah malam yang hangat dan tenang dari salah satu sudut pelosok negeri, dimana bulan sedang dalam keadaan terbaiknya, menyaksikan dencit sendal jepit yang berdesakan pulang dari rumah ibadah yang padat, bersama riuh gemuruh suara jangkrik serta seduhan rintik cahaya kunang malam. Selamat malam J
           
            Sebelum terjerumus lebih dalam, sebelumnya kita harus terlebih dahulu sepakat tentang tulisan pendek yang bersifat subjektif ini. Ini adalah sebuah pandangan pribadi atau pemikiran subjektif yang diolah berdasarkan mata yang dapat melihat juga telinga yang bisa mendengar dengan otak yang sedikit dipaksa berpikir. Artinya artikel ini tidak dimaksudkan untuk sesuatu halpun kecuali pencurahan hasil pikiran sendiri yang kebetulan lewat. Bila kita sudah sepakat, maka silahkan menjerumuskan diri.

            Kita tahu bahwa pada hakikatnya tidak ada seorangpun didunia ini terlahir dengan dihadapkan pilihan apakah memilih menjadi seorang pemalu, minder, pendiam, penyendiri, dsb. Semua sifat adalah hal – hal baru yang dipelajari manusia seiring perkembangan fisik juga psikoligisnya. Hal – hal baru tersebut bisa ia dapat melalui pendidikan primer dalam keluarga yang kurang sempurna, juga bisa melalui lingkungan sosial yang kurang baik sehingga membentuk karakter yang sedemikian pasif, atau juga bisa diawali dengan masalah yang terlalu rumit untuk dialami oleh usia kanak – kanak yang membawa efek domino ketika remaja bahkan dewasa.
           
            Setelah beranjak pada usia remaja atau usia yang menandakan semangkin matangnya pemikiran seseorang, tidak banyak orang akan menyadari bahwa ia telah terjebak oleh sifat bentukan lingkungan ataupun bentukan pikirannya sendiri yang sebenarnya bertentangan dengan sifatnya ketika dilahirkan ke dunia. Begitulah, seorang bayi terlahir di dunia seperti kertas putih, ia seolah berteriak lewat tangisan yang keras, tanpa sedikitpun malu atau minder. Jadi ketika seseorang merasa bahwa ia terlahir sebagai orang yang pasif sebenarnya ia salah besar, ia hanya terbiasa menjadi orang yang pasif.

Sebuah kesalahan besar ketika kesalahan pemahaman tadi kemudian diperburuk dengan kesalahan pemaknaan. Belakangan pepatah asing ini agak sedikit populer di banding kalangan pepatah asing lainnya, sebut saja “be your self”, pepatah asing ini akan menjadi bumerang bilamana kemudian diadopsi oleh orang yang salah dengan memahami konsep dirinya. Bayangkan saja, ketika seseorang merasa bahwa dirinya terlahir pendiam, pasif, kalem, dsb (berkaitan dengan sifat pasif) maka ia dipastikan akan lebih mempertajam bakatnya sebagai orang yang terlahir pasif. Beruntunglah orang – orang yang terlahir di situasi yang bertolak belakang. Tetapi, akan berbeda kasusnya jika dihadapkan dengan pepatah asing lainnya yang berbunyi “be your best self” atau “be your super self”, kata – kata ini menjurus ke perbaikan diri ke arah yang lebih baik lagi atau memfokuskan kepada nilai – nilai yang memang diyakini berada di pihak positif.

Kau tau, menjadi orang pendiam/introvert tidak lah semudah berdiam diri, itu seperti ada dua orang di kepala mu yang akan memberikan instruksi yang saling bertentangan. Puncak dari itu semua adalah sebuah jalur yang bernama keraguan, keraguan ini sebenarnya juga bukan merupakan sebuah hambatan atau bisa dikatakan kelebihan. Jika ditelaah lebih mendalam keraguan itu menunjukan keikutsertaan Tuhan dalam pengambilan setiap keputusan dalam hidup. Sebut saja, dalam hidup kita dihadapkan pada pilihan yang saling bertentangan dimana salahsatu akan membawa kita ke derajat yang lebih tinggi sebagai manusia, di sisi lain akan menghantarkan kita ke tempat terendah dari perihal derajat tersebut. Jika kau mengikuti instruksi yang baik itu artinya kau mengikuti rencana Tuhan dan tandanya derajatmu akan segera ditinggikan, akan tetapi jika memilih pilihan yang salah, kau bisa bayangkan para setan akan membawamu ke derajat terendah dari golongan manusia. Silahkan dipilih, bukankah manusia terlahir dengan intuisi Ketuhanan?

Begitulah, menjadi seorang pendiam/introvert/pasif bukanlah sebuah kekurangan yang akan menghancurkan hidup mu, ini semua tergantung bagaimana menyikapinya. Lagi pula orang bijak tau kapan ia harus bicara. Jujur kepada diri sendiri adalah yang utama juga kenali konsep diri. Bukankah menjadi berbeda adalah pilihan, dan bukankah Tuhan pula tidak pernah membatasi pilihan ciptannya. Tapi satu hal, jangan pernah membatasi diri ataupun menutup diri dari perubahan, jadilah manusia yang fleksibel. Karena sebaik – baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. J


Pengantar;
“Knowing yourself is the beginning of all wisdom.” ~Aristotle

Juga

“Your visions will become clear only when you can look into your own heart. Who looks outside, dreams; who looks inside, awakes.”  ~C.G. Jung
Read More >>

Sunday, July 6, 2014

Antara Cinta dan Normalitas Manusia edisi revisi



"Bilamana hati bisa berbicara, maka akan kau dengar suara halus yang berusaha sesering mungkin meng-eja tiap huruf nama-mu... Andaikata mata ini dapat bersuara, akan kau dengar ia menentang logika untuk tetap memposisikan diri melihat mu... Bahkan seandainya sepasang indra pendengaran ini dapat berkata - kata, akan kau temukan ia merajuk sepanjang hari jika tidak mendengar suara mu...
Tapi ini hanya mulut, yang bisa berbicara tapi tidak sampai hati untuk mengungkapkan semuanya."

            Selamat Pagi, hari ini adalah hari minggu cerah dengan mata langit teduh yang bersinar penuh semangat dari belahan barat bumi khatulistiwa.

            Sedikit pengantar tulisan sederhana ini adalah pandangan subjektif ku tentang realitas yang terjadi baik terhadap pribadi sendiri maupun realitas yang terjadi di sekitar aku. Karena ini adalah blog pribadi, untuk membaca postingan ini berarti kita telah sepakat bahwa apa pun pandangan yang tertulis disini adalah sifatnya perspektif individu dan sangat relatif. Artinya tulisan ini tidak mengandung arti apapun kecuali pandangan subjektif dari aku. Salam,

            “Cinta”, ya.. cinta. Apa pun itu cinta pada hari ini cinta telah menjelma bak virus kejam yang kehausan mangsa. Ya,.. aku rasa ungkapan itu sangatlah tepat, mengingat sekarang ini  begitu banyak orang yang terinfeksi (paradoks) oleh cinta.  Bicara lebih kompleks ke arah pengertian aku rasa setiap orang punya persepsi masing – masing soal perkara ini. Yaaa, kau tau... ketika ada sesuatu yang bergetar di suatu tempat di salah satu organ tubuh mu ketika seseorang yang menarik di mata mu lewat, atau pun hanya sekedar mendengar namanya, atau bahkan ketika lidah mu sibuk merajut doa untuk orang yang bersangkutan, mungkin deskripsi ini juga terlalu sederhana untuk menggambarkan perasaan itu. Begitulah cinta, kadang kau tau bagaimana rasanya tapi akan sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana rasanya. Ibarat kata orang bijak cinta itu tanpa alasan, kalau masih beralasan maka bukan cinta.

            Adalah sebuah hal yang menarik bagi aku secara pribadi untuk mengangkat perihal cinta ini, kita tahu bahwa manusia secara normal pasti memiliki rasa ini. Jika dikaitkan dengan normalitas manusia, aku rasa cinta itu adalah naluri. Dan setiap manusia baik adam maupun hawa keduanya pasti memiliki naluri. Cinta adalah naluri dasar manusia. Dimana kau merasa ada sesuatu tapi kau bingung karena tidak bisa menjabarkan rumusnya.

Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap manusia lain (dalam artikel ini aku khususkan ke konteks lawan jenis), berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Sesungguhnya gelar cinta itu cukup sakral untuk kita permainkan oleh kepentingan sesaat, sepertipun juga cinta adalah penghormatan.

Yaa, seperti yang kita ketahui bahwa linier dengan perkembangan pola pikir manusia maka cinta pun semangkin diperluas  elemen penyebaran infeksinya, sebut saja lagu, novel, cerpen, puisi, dsb. Lagi pula ketika mendengar kata cinta rasanya sangat merdu/damai sekali. Karena sifatnya yang merupakan naluri, cinta akan membawa manusia kepada penghormatan tertinggi bagi dirinya tentunya jika diimbangi nilai nilai lain (sebut saja Ketuhanan), akan tetapi akan parah jadinya jika ia dipadukan dengan hal hal yang menjurus ke arah yg agak menyimpang ke nilai nilai sosial.

Cinta adalah naluri dasar sifat manusia, cinta adalah penghormatan. Bila dianalogikan Cinta itu seperti tanaman hijau, ia tumbuh dan besar bersama waktu. Tapi satu hal, berhati – hati lah terhadap tanaman hijau yang tumbuh ditempat kotor.

Pengantar awal,

“Dan begitulah mawar yang dulu, mawar yang hingga kini masih ku genggam dengan erat seraya melangkah melawan hening-nya sepi. Begitu eratnya hingga duri – duri lunaknya kemudian mendaging, dan akar – akarnya menjadi pembuluh darah. Dan ia hidup dengan sisa – sisa pikiran dari hati. Hati yang tidak akan pernah bisa mendusta. Hingga Tuhan-ku melepasnya, ia akan tetap hidup, tetap tergenggam sampai jarum waktu berakhir di penghujung petang yang tidak pernah sama lagi.~”

Seperti pesan filsuf cina ;
“Dicintai dengan tulus oleh seseorang memberi mu kekuatan, mencintai seseorang dengan tulus memberi mu keberanian.~” (Lao Tzu – Filsuf China)

Juga pesan albert Eintein ;
“Where there is love, there is no imposition.~” (Albert Eintein)


Suatu saat kita semua pasti tau apa hahikat dari pengertian cinta yang sebenarnya. Yeah, someday J
Read More >>

Thursday, May 2, 2013

Doa Manusia Bodoh (jangan dibaca)



Tuhanku Yang Maha Adil, maafkan lah makhluk mu yang engkau ciptakan serba sempurna tapi berteriak – teriak tidak sempurna di muka duniawi.

Tuhanku Yang Maha Mengetahui, maafkan lah hamba-Mu yang Engkau titipkan otak yang hebat ini, maafkan hamba-Mu ini karena tidak mampu mengontrolnya dengan baik,

 Tuhanku Yang Maha Perkasa, maafkan lah hamba-Mu yang lemah ini, tapi berteriak – teriak mengklaim dirinya pencabut nyawa.

Tuhanku Yang Maha Kaya, maafkan hamba-Mu yang matanya silau dengan kilauan emas, perak dan kawan – kawannya. Yang merampas hak saudaranya, yang tertipu oleh cerahnya matahari dunia, yang hausnya hilang dengan minum air keruh sungai dunia.

                Tuhanku Yang Maha Mengetahui, Aku ini manusia tapi aku tidak tahu manusia ini makhluk seperti apa?, Tuhan ku, Engkau titipkan manusia  otak yang luar biasa, tapi tidak tahu potensiny seperti apa?.

                Tuhanku Yang Maha Segalanya, manusia tau bahwa yang benar datangnya hanya dari Engkau Tuhanku, manusia sadar betul bahwa segala bentuk kesalahan datangnya dari manusia. Tuhanku Yang Maha perkasa maafkan Ketika manusia telah berani melangkahi wewenang-Mu. Tuhanku maafkan ke khilafan manusia karena sesungguhnya manusia lupa bahwasanya hanya Engkau lah yang pantas se pantas – pantasnya sebagai penentu kebenaran, bahwasanya Engkau mempunyai aturan yang sangat jelas, bahwasannya mereka juga lupa Engkau mempunyai wakil yang sangat cerdas dan suri tauladan yang terbaik dari golongan manusia.

Tuhanku, maafkan kelupaan manusia. Tuhanku, maafkan ketidak sadaran manusia yang berani memvonis kebenaran itu. Tuhanku Yang Maha Adil, maafkan manusia yang berani memvonis sesuatu itu salah. Tuhanku Yang Maha Mengetahui, maafkan manusia karena mengira otak ini mampu merumuskan kebenaran secara mutlak.  Tuhanku, manusia ini sadar betul bahwa  dunia ini hanya tentang persepsi. Tuhanku maafkan kekacauan dunia ini karena berusaha menentukan kebenaran mutlak.

Tuhanku, maafkan karena manusia mengira kebaikan adalah kebenaran. Tuhanku maafkan manusia karena mengira keburukan adalah kesalahan. Tuhanku maafkan jika biangnya kesalahan ini mencoba mendefinisikan kebenaran dan memvonis kesalahan.

Tuhanku Yang Maha Pemaaf, maafkan manusia-Mu yang tidak mampu menampar otak manusia. Tuhanku Yang Maha Pemaaf, maafkan manusia-Mu yang tidak kuat menahan tajamnya hujaman kata-kata.

Tuhanku Yang Maha Segalanya, manusia sadar bahwa hanya Engkau yang berhak menentukan kebenaran dan memvonis kesalahan. Tuhanku maafkan manusiamu yang mengira dirinya cerdas untuk mencoba membantu wewenang-Mu. Tuhanku, maafkan lah manusia-Mu yang lupa dan tidak sadar bahwa kapasitas otak titipan-Mu hanya sampai pada menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Tuhanku Yang Maha Pemaaf, manusia mohon maafkan lah manusia.






Read More >>