“The
best remedy for those who are afraid, lonely or unhappy is to go outside,
somewhere where they can be quiet, alone with the heavens, nature and God.
Because only then does one feel that all is as it should be.”
~Anne
Frank
Bila
diartikan sesuai translate.google.com maka artinya kurang lebih seperti ini,
“Obat
terbaik bagi mereka yang takut, kesepian atau sedih harus pergi ke luar, di
suatu tempat di mana mereka bisa tenang, sendirian dengan langit, alam dan
Tuhan. Karena hanya dengan demikian seseorang merasa bahwa semua adalah
sebagaimana mestinya.”
Hari ini adalah malam yang hangat
dan tenang dari salah satu sudut pelosok negeri, dimana bulan sedang dalam
keadaan terbaiknya, menyaksikan dencit sendal jepit yang berdesakan pulang dari
rumah ibadah yang padat, bersama riuh gemuruh suara jangkrik serta seduhan
rintik cahaya kunang malam. Selamat malam J
Sebelum terjerumus lebih dalam,
sebelumnya kita harus terlebih dahulu sepakat tentang tulisan pendek yang
bersifat subjektif ini. Ini adalah sebuah pandangan pribadi atau pemikiran subjektif
yang diolah berdasarkan mata yang dapat melihat juga telinga yang bisa
mendengar dengan otak yang sedikit dipaksa berpikir. Artinya artikel ini tidak
dimaksudkan untuk sesuatu halpun kecuali pencurahan hasil pikiran sendiri yang
kebetulan lewat. Bila kita sudah sepakat, maka silahkan menjerumuskan diri.
Kita tahu bahwa pada hakikatnya
tidak ada seorangpun didunia ini terlahir dengan dihadapkan pilihan apakah
memilih menjadi seorang pemalu, minder, pendiam, penyendiri, dsb. Semua sifat
adalah hal – hal baru yang dipelajari manusia seiring perkembangan fisik juga
psikoligisnya. Hal – hal baru tersebut bisa ia dapat melalui pendidikan primer
dalam keluarga yang kurang sempurna, juga bisa melalui lingkungan sosial yang
kurang baik sehingga membentuk karakter yang sedemikian pasif, atau juga bisa
diawali dengan masalah yang terlalu rumit untuk dialami oleh usia kanak – kanak
yang membawa efek domino ketika remaja bahkan dewasa.
Setelah beranjak pada usia remaja
atau usia yang menandakan semangkin matangnya pemikiran seseorang, tidak banyak
orang akan menyadari bahwa ia telah terjebak oleh sifat bentukan lingkungan
ataupun bentukan pikirannya sendiri yang sebenarnya bertentangan dengan
sifatnya ketika dilahirkan ke dunia. Begitulah, seorang bayi terlahir di dunia
seperti kertas putih, ia seolah berteriak lewat tangisan yang keras, tanpa
sedikitpun malu atau minder. Jadi ketika seseorang merasa bahwa ia terlahir
sebagai orang yang pasif sebenarnya ia salah besar, ia hanya terbiasa menjadi
orang yang pasif.
Sebuah kesalahan besar ketika
kesalahan pemahaman tadi kemudian diperburuk dengan kesalahan pemaknaan. Belakangan
pepatah asing ini agak sedikit populer di banding kalangan pepatah asing
lainnya, sebut saja “be your self”, pepatah asing ini akan menjadi bumerang
bilamana kemudian diadopsi oleh orang yang salah dengan memahami konsep
dirinya. Bayangkan saja, ketika seseorang merasa bahwa dirinya terlahir
pendiam, pasif, kalem, dsb (berkaitan dengan sifat pasif) maka ia dipastikan
akan lebih mempertajam bakatnya sebagai orang yang terlahir pasif. Beruntunglah
orang – orang yang terlahir di situasi yang bertolak belakang. Tetapi, akan
berbeda kasusnya jika dihadapkan dengan pepatah asing lainnya yang berbunyi “be
your best self” atau “be your super self”, kata – kata ini menjurus ke
perbaikan diri ke arah yang lebih baik lagi atau memfokuskan kepada nilai –
nilai yang memang diyakini berada di pihak positif.
Kau tau, menjadi orang pendiam/introvert
tidak lah semudah berdiam diri, itu seperti ada dua orang di kepala mu yang
akan memberikan instruksi yang saling bertentangan. Puncak dari itu semua
adalah sebuah jalur yang bernama keraguan, keraguan ini sebenarnya juga bukan
merupakan sebuah hambatan atau bisa dikatakan kelebihan. Jika ditelaah lebih
mendalam keraguan itu menunjukan keikutsertaan Tuhan dalam pengambilan setiap
keputusan dalam hidup. Sebut saja, dalam hidup kita dihadapkan pada pilihan
yang saling bertentangan dimana salahsatu akan membawa kita ke derajat yang
lebih tinggi sebagai manusia, di sisi lain akan menghantarkan kita ke tempat
terendah dari perihal derajat tersebut. Jika kau mengikuti instruksi yang baik
itu artinya kau mengikuti rencana Tuhan dan tandanya derajatmu akan segera
ditinggikan, akan tetapi jika memilih pilihan yang salah, kau bisa bayangkan
para setan akan membawamu ke derajat terendah dari golongan manusia. Silahkan dipilih,
bukankah manusia terlahir dengan intuisi Ketuhanan?
Begitulah, menjadi seorang pendiam/introvert/pasif
bukanlah sebuah kekurangan yang akan menghancurkan hidup mu, ini semua
tergantung bagaimana menyikapinya. Lagi pula orang bijak tau kapan ia harus
bicara. Jujur kepada diri sendiri adalah yang utama juga kenali konsep diri. Bukankah
menjadi berbeda adalah pilihan, dan bukankah Tuhan pula tidak pernah membatasi
pilihan ciptannya. Tapi satu hal, jangan pernah membatasi diri ataupun menutup diri dari
perubahan, jadilah manusia yang fleksibel. Karena sebaik – baiknya manusia
adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. J
Pengantar;
“Knowing
yourself is the beginning of all wisdom.” ~Aristotle
Juga
“Your
visions will become clear only when you can look into your own heart. Who looks
outside, dreams; who looks inside, awakes.” ~C.G. Jung