Sumber : www.google.com |
Kadang bingung
juga kenapa sangat antusias dengan hal yang berbau jiwa muda. Seperti bahasan
sebelumnya aku masih agak sedikit bingung tentunya ketika kita dihadapkan pada
sejarah kemajuan peradaban, budaya, serta kemampuan berpikir bangsa yang tentu
saja di motori oleh para pemuda Indonesia, tetapi kontradiksi dengan itu semua
belakangan di era digital, era modern atau apalah namanya ternyata kita
kemudian dapati bahwa tidak sedikit juga anak muda yang pada akhirnya hanya
menjadi “ampas demografi”. Dalam pemahaman dangkal ini kita secara teoritis
boleh saja menganggap bahwa anak muda itu mewakili keterbukaan terhadap hal
baru atau perubahan, atau juga memiliki semangat kepemimpinan karena harapan
dan mimpinya yang luar biasa, tetapi sekali lagi dengan pesimis kita katakan
bahwa tidak sedikit anak muda yang pada hari ini lebih memilih menjadi “ampas
demografi”.
Baru beberapa
jam yang lalu ketika menonton berita sebuah stasiun TV lokal, diberitakan bahwa
Kepala Daerah Kalbar diminta untuk membuat Perda guna mengatasi darurat narkoba
di Kalimantan Barat, yaa.. Kalimantan Barat sedang mengalami darurat Narkoba.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin bisa di ajukan adalah “Bagaimana mungkin kalimantan barat bisa di
nobatkan darurat narkoba?”, jawaban yang tepat sekali adalah “ tentu saja
dengan tegas boleh kita katakan karena anak mudanya tidak cukup peduli a.k.a
apatis terhadap sesamanya, saudaranya, bahkan terhadap masa depannya juga mimpi
– mimpinya. Sekarang kita lihat hubungannya dengan “Pemuda Harapan Bangsa”,
bagaimana mungkin bisa menjadi pemuda harapan bangsa kalau nyatanya pada
dirinya sendiri saja tidak peduli, malangnya kasus napza ini melanda tidak
sedikit anak muda Indonesia. Motif penggunaan narkoba ini juga beragam di
kalangan anak muda ini, ada yang ingin tampil keren sampai yang ingin lari dari
kenyataan dengan ketenangan palsu yang pada akhirnya hanya berujung pada
kematian atau boleh juga kita sebut bunuh diri perlahan. Padahal hukum teorinya
sudah demikian jelas “Jika ingin melihat masa depan sebuah negara, maka
lihatlah anak mudanya.”, sekarang bagaimana mungkin Indonesia menyandarkan masa
depannya pada anak muda yang rusak parah
seperti itu, yang ada malah Negara kita yang semangkin rusak.
Masih hangat
dan teingat dengan jelas bahwa beberapa waktu yang lalu ketika pemberitaan
banjir jakarta sedang menjadi trending topik berbagai media massa nasional,
menarik bukan? Tetapi seolah tidak mau kalah menyaingi berita banjir kita
kemudian di kejutkan dengan pemberitaan “ Anak SD umbar kemesraan”, yapp adegan
berciuman yang mengabadikan anak SD itu
terlihat sangat natural dan dewasa banget bagaimana tidak mereka ciuman mulut
ala orang barat! Sebagian dari kita mungkin berpikir “Gila masih SD udah lihai,
atau mungkin lucu juga ya cinta monyet mereka?”, bagi sebagian besar kita
mungkin menilai hal itu untuk lucu-lucuan saja, tetapi ayo lahh coba kita
berpikir sejenak, bukan kah kita orang timur sudah paham bahwa budaya timur itu
adalah budaya yang beradap dan bermoral, sekarang bagaimana apakah kita sendiri
masih bisa berkata bahwa kami orang Indonesia bagian bumi sebelah timur adalah
bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi serta bermoral? Aku rasa tidak bisa
lagi. Kasus di atas sudah menunjukan bahwa nilai nilai luhur bangsa timur sudah
tercoreng oleh bangsanya sendiri, karena tidak kuat menahan nafsu, ehh salah,
karena tidak kuat pemfilteran terhadap arus modernitas dan globalisasi sehingga
budaya barat yang tidak pantas diadopsi turut masuk dengan ampas-ampasnya.
Sekarang kita lihat siapa yang seharusnya bertanggung jawab?, media massa jelas
memiliki andil yang besar bagi perusakan bibit bibit potensial Indonesia,
secara umum media massa memiliki berbagai fungsi strategis misal fungsi
informatif, Fungsi Inspiratif, fungsi Komunikatif dan fungsi Entertaiment atau
fungsi hiburan. Sekarang, kalau media massa lebih menonjolkan sisi entertainmentnya melalui sinetron, berita gosip, FTV dan acara show yng jauh dari kata mendidik kita bisa apa selain mematikan tv?, Tentu saja media massa bukan satu – satunya yang dapat kita
persalahkan akan masalah ini, media massa boleh saja melimpahkan kesalahan
kepada orang tua masing masing, karena pada awalnya media telah lulus sensor
juga sudah mencantumkan logo “B.O (Bimbingan Orang tua)”, lebih jauh lagi para
orang tua cerdas yang tidak mau membiarkan anaknya rusak tentusaja sah jika
melimpahkan kesalahan kepada pemerintah yang tidak tegas mengontol tanayangan
yang tidak mendidik bagi anak – anak.
Seerupa dengan
paragraf ke-2 di atas, masalah cinta-cintaan juga tidak hanya melanda anak –
anak SD saja melainkan juga kakak dan abangnya yang berada di tingkat SMP, SMA
dan Juga bangku kuliahan. Widihh, ternyata tantangannya besar juga ya ketika
ingin menjadi anak muda yang sebenarnya, bagaimana tidak entah kapan dimulainya
budaya cinta – cintaan ini yang jelas sampai pada hari ini kondisi ini
semangkin parah bisa kita katakan sebagai masalah stadium 4. Sebagian besar
orang kemudian berdalih bahwa mereka mencari pacar untuk sekedar memotivasi
agar semagat sekolah, semangat kuliah, dsb tentu beberapa alasan berkaitan
tentang motivasi itu sangat bisa diterima oleh akal sehat juga akal sakit
sekali pun, tapi letak permasalahan yang sebenarnya adalah ketika ternyata budaya cinta – cintaan ini kemudian
berujung jadi budaya SEX. Berhubung saya juga adalah seorang anak muda
berdasarkan cerita dari kawan – kawan yang berpengalaman dengan banyak wanita
muda yang butuh perhatian dan kasih sayang, sudah dapat kita rangkum bahwa
orientasi pacaran anak muda jaman sekarang ini tidak lagi mengarah ke tujuan
semangat – semangatan tetapi sudah menjurang ke tujuan “Kepuasan Seksual”,
sekali lagi orientasi pacaran anak muda jaman sekarang sudah berubah ke arah
orientasi “Kepuasan Seksual”. Hal ini tentu sangat sejalan dengan budaya barat
dan jelas jelas bertentangan dengan budaya timur yang kearifan lokalnya sangat
kuat itu ternyata sudah terinfeksi oleh virus budaya barat yang tidak sehat,
tetapi hal ini masih bisa kita sangkal bahwa ternyata banyak pemimpin di dunia
ternyata seorang pecinta wanita (termasuk founding father Negara Kita tercinta).
Sekarang kita sebagai kaum muda kembali di hadapkan dengan sebuah pertanyaan
krusial, “Bagaimana mungkin bangsa Indonesia menyandarkan masa depannya kepada
sebagian besar anak muda yang ke-barat baratan seperti diatas?”. Sekarang
kembali saya ingatkan bahwa iming – iming “Bonus Demografi” mungkin saja
berubah jadi momok “Bencana Demografi”. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “Jika
ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah apa yang dilakukan anak
mudanya!”.
Sekarang kita
sedikit beralih kepada adek – adek kita yang berada di sekolahan, atau yang
sekarang (hari Rabu Pukul 08.38 WIB
tanggal 4/3-2015) sudah berada di warung kopi, tempat bilyar, warnet, Mall,
atau tempat wisata. Maksud saya para pelajar muda kita lebih merasa muda ketika
bisa memilih untuk membolos pada jam sekolah demi hal yang mereka senangi
ketimbang berada dalam lingkungan ilmiah yang ternyata mengekang kebebasan
mereka dalam bermain dan beraktivitas. Tentu saja yang memiliki kesenangan
membolos hanya segelintir orang saja dan tidak semua pelajar demikian, tetapi
sebagaian yang lain ternyata juga menyumbang terhadap meningkatnya angka
kenakalan remaja misal, tauran pelajar, geng motor dsb. Dan lebih parahnya lagi
kalau ternyata kebiasaan kebiasaan saat mereka sekolah itu berlanjut sampai ke
jenjang perguruan tinggi. Kita boleh saja tidak tergubris mengenai masalah ini
karena menganggap hanya segelintir adek pelajar kita yang demikian dan bukan
masalah besar kalau kita pikir. Tetapi kepikiran juga kan kalau berbagai
masalah besar berawal dari masalah – masalah kecil seperti kenakalan pelajar
tersebut.
Sekali lagi
saya mengingatkan bahwa “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka
lihatlah apa yang anak mudanya lakukan!”. Tetapi rasanya tidak adil juga kalau
kita hanya memandang negatifnya saja, beruntungnya Indonesia ternyata banyak
juga ditemukan anak muda yang menginspirasi saya cantumkan beberapa misalnya
Gerakan Indonesia mengajar, Gerakan Taman baca Untuk Indonesia, Traveling and
Teaching, Indonesia Berkibar, Indonesia Menyala, Berbagai Himpunan Mahasiswa
Prodi maupun daerah, berbagai komunitas anak muda yang positif yang berkaitan
dengan Passion, Hobi, dsb ( misal Fotografi, parkour, Skate, BMX, Musik,
travel, seni, budaya, dsb) dan masih banyak yang lain yang tidak dapat saya
tuliskan satu persatu. Tentu saja masih banyak hal positif yang dapat dilakukan
anak muda indonesia yang kepada mereka lah harapan bangsa indonesia di
tumpukan. Sedikit pesan tambahan Menurut saya, Anak muda itu harus antusias
atau tertarik dengan isu – isu politis, bukan untuk ikut terhanyut di dalamnya
melainkan agar tidak terbodohi!!
Sebenarnya
saya masih ingin melanjutkan tulisan ini sebab memang masih banyak permasalahan
yang ternyata tanpa atau pun sudah kita sadari menjadi masalah besar yang dapat
saja mengancam kemajuan bangsa kita. Tetapi kalau berbicara masalah saja
rasanya hanya membuat kita pesimis kalau bangsa kita bisa maju, maka dari itu
saya sebagai anak muda mengajak sesama anak muda untuk dapat peduli dengan
kondisi anak muda yang sekarang sedang di hadapi banyak sekali permasalahan.
Minimal kita melakukan pendekatan persuasif untuk mengajak kawan dekat kita
untuk melakukan hal yang positif, mungkin saja jik ada 40.000 anak muda dapat
menyebarkan semangat positif maka kemajuan bangsa kita sudah di depan mata dan
tinggal selangkah lagi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “ Jika ingin melihat
masa depan sebuah bangsa maka lihat apa yang dilakukan anak mudanya!”.
Sumber : www.google.com |
NEGARA KITA
TERCINTA PUNYA 4 CITA – CITA BESAR YANG LUHUR, KALAU PEMUDA INDONESIA SENDIRI
SAJA TIDAK MAU MEMANTASKAN DIRINYA, LANTAS KEPADA SIAPA LAGI NEGARA KITA
MENOPANGKAN HARAPANNYA, YANG JELAS TIDAK MUNGKIN LAGI KEPADA PARA PAHLAWAN YANG
TERLAMPAU LELAH MENEBUS KEMERDEKAAN RI.
HIDUP PEMUDA
INDONESIA!!!
Salam dari
anak pelosok negeri sebelah Kalimantan Barat. :D