Sebelum
membaca tulisan ringkas mengenai pengkaderan ini maka ada baiknya kita
menyamakan persepsi terlebih dahulu. Pertama,
bahwa yang dimaksud dengan organisasi disini adalah organisasi mahasiswa yang
sifatnya adalah kerja sosial atau non
profit oriented. Berarti perkaderan organisasi yang dimaksud disini adalah
pengkaderan yang landasannya adalah komitmen untuk mengabdi kepada masyarakat
sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu (1) Pendidikan dan Pengajaran,
(2) Penelitian dan Pengembangan, (3) Pengabdian Kepada Masyarakat.
Kader
berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara
lebih luas berarti :
·
Orang yang mampu menjalankan amanat.
·
Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan
keahlian.
·
Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai
keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi.
Setelah
sepaham dengan organisasi yang dimaksud maka kita beralih kepada pengkaderan
itu sendiri. Setiap aktivis organisasi tentu sudah faham betul mengenai
pentingnya pengkaderan bagi organisasi, kenapa kemudian pengkaderan menjadi
penting adalah untuk mempertahankan kontinuitas organisasi tersebut atau
yang lebih dikenal dengan regenerasi.
Tentu saja adalah sebuah kesalahan jika menganggap bahwa pengkaderan adalah
sama dengan yang namanya ospek, tentu saja pengkaderan sifatnya lebih kompleks.
Maksudnya pengkaderan lebih kompleks dari segi arah dan tujuannya, artinya
pengkaderan tidak diperuntukan bagi perekrutan anggota melainkan menciptakan
sosok seorang pemimpin yang cakap, memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian
organisatoris.
Secara
teoritis Pengkaderan mempunyai tujuan untuk membentuk karakter sebagai para
pemimpin, tentunya untuk memenuhi stok pemimpin dalam organisasi tersebut. Maka
selanjutnya yang akan menjadi indikator keberhasilan dari pengkaderan adalah
seberapa besar persentase jumlah kader yang memiliki karakter seorang pemimpin
sesuai dengan kebutuhan organisasi setelah melewati fase pengkaderan tersebut.
Tentunya sudah sangat jelas bahwa pengkaderan
bukan untuk menciptakan para pengikut yang hanya akan melanjutkan estafet
kepemimpinan organisasi berdasarkan pemahaman “tuntutan tradisi”,
pengkaderan ada karena kebutuhan yang
besar terhadap hadirnya sosok – sosok change
maker yang akan membawa organisasi secara khusus kearah perubahan yang
lebih baik lagi. Sekali lagi, pengkaderan tidak pernah sekalipun dimaksudkan
untuk membentuk sosok – sosok passanger
(pengikut), pengkaderan secara murni diperuntukan untuk menghasilkan sosok
– sosok pemimpin yang akan membawa organisasi secara khusus kearah perubahan
yang jauh lebih baik atau change maker.
Seorang
mahasiswa dilahirkan ketika ia berada dalam progres pengkaderan, melalui
pengkaderan ini lah mahasiswa kemudian diperkenalkan tentang konsep mahasiswa
itu sendiri serta penanaman nilai – nilai karakter seorang pemimpin yang
diperlukan organisasi. Artinya secara tegas tidak boleh ada sedikitpun unsur
tidak mendidik di dalam pengkaderan, pengkaderan harus murni berisi
pendidikan yang arahnya kepada penanaman
karakter. Di dalam pengkaderan pula lah kemudian kader mengambil peranan dalam
masyarakat (secara teoritis peranan mahasiswa terbagi atas (agent of change, agent of social control,
dan iron stock) artinya secara khusus pengkaderan di maksudkan untuk
menciptakan pemimpin organisasi dalam jangka waktu dekat dan pemimpin bangsa
dalam jangka waktu yang panjang. Pengkaderan secara luas juga dimaksudkan untuk
menghasilkan para penerus kepemimpinan bangsa kedepannya.
Sekarang
kita beralih ke arah realitas yang terjadi, pengkaderan pada hari ini telah
menjelma menjadi kabar – kabar perpeloncoan. Tentu miris jika kita mendengar
bahwa pengkaderan yang memiliki tujuan yang sangat terarah dan mulia itu harus
dinodai oleh kegiatan perpeloncoan. Dan sayangnya kabar penyimpangan tersebut
hingga hari ini telah banyak menyayat telinga tersebut. Dan hal ini kemungkinan
disebabkan oleh regenerasi tanpa dilakukannya pembekalan yang kuat atau upgrading sehingga pada tiap angkatan
akan terjadi penggeseran makna yang semangkin kuat tiap tahunnya. Yang menjadi masalah
mendasar adalah ketika para pengkader tidak paham tentang maksud dan tujuan
pengkaderan sebenarnya. Pertanyaan yang sebenarnya penting sebelum merumuskan
konsep pengkaderan adalah Apa tujuan pengkaderan?, kemudian kader seperti apa
yang akan dibentuk?, setelah pertanyaan itu terjawab barulah perumusan konsep
pengkaderan dilakukan pengkaderan.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bukan diakibatkan dari sistem ataupun konsep yang diterapkan. Melainkan ulah segelintir orang yang tidak memahami nilai-nilai bahkan maksud dan tujuan pengkaderan tersebut. Sangatlah mulia orang-orang yang berusaha membentuk sebuah konsep yang ideal, memahami hendak dibawa kemana arah pengkaderan serta menjalankannya dengan niat yang baik semata-mata untuk memanusiakan manusia tanpa ditunggangi oleh nilai-nilai yang lain. Tentu saja, kita tidak ingin melihat nilai-nilai yang murni dicemari dengan hal-hal yang kurang terpuji. Sampai kapan hal tersebut akan berlanjut dalam sebuah proses pembentukan karakter, yang tentunya hanya akan mencemari dan kelak akan menjadi sebuah budaya yang tidak pernah mencerminkan pengkaderan yang sebenarnya.
Jadi,
secara khusus pengkaderan dimaksudkan untuk menciptakan sosok – sosok pemimpin
untuk organisasi dan secara umum mempersiapkan stok calon pemimpin bangsa
karena secara teoritis pengkaderan adalah murni pembentukan karakter dan bukan
hanya sekedar tuntutan tradisi. Keberlanjutan estafet kepemimpinan bangsa
bergantung kepada keberhasilan para pengkader (pengkonsep pengkaderan). Di tangan para pengkader jati diri mahasiswa sebagai barisan intelektual yang independen dengan semangat pengabdian dipertaruhkan. Hidup Mahasiswa!!
Ingat, "Tugas pemimpin bukan untuk menciptakan pengikut, mereka harus menciptakan lebih banyak pemimpin."
TOM PETERS