By Heru Afandi

Wednesday, March 4, 2015

Pemuda Harapan Bangsa?



Sumber : www.google.com


Kadang bingung juga kenapa sangat antusias dengan hal yang berbau jiwa muda. Seperti bahasan sebelumnya aku masih agak sedikit bingung tentunya ketika kita dihadapkan pada sejarah kemajuan peradaban, budaya, serta kemampuan berpikir bangsa yang tentu saja di motori oleh para pemuda Indonesia, tetapi kontradiksi dengan itu semua belakangan di era digital, era modern atau apalah namanya ternyata kita kemudian dapati bahwa tidak sedikit juga anak muda yang pada akhirnya hanya menjadi “ampas demografi”. Dalam pemahaman dangkal ini kita secara teoritis boleh saja menganggap bahwa anak muda itu mewakili keterbukaan terhadap hal baru atau perubahan, atau juga memiliki semangat kepemimpinan karena harapan dan mimpinya yang luar biasa, tetapi sekali lagi dengan pesimis kita katakan bahwa tidak sedikit anak muda yang pada hari ini lebih memilih menjadi “ampas demografi”.

Baru beberapa jam yang lalu ketika menonton berita sebuah stasiun TV lokal, diberitakan bahwa Kepala Daerah Kalbar diminta untuk membuat Perda guna mengatasi darurat narkoba di Kalimantan Barat, yaa.. Kalimantan Barat sedang mengalami darurat Narkoba. Pertanyaan berikutnya yang mungkin bisa di ajukan adalah  “Bagaimana mungkin kalimantan barat bisa di nobatkan darurat narkoba?”, jawaban yang tepat sekali adalah “ tentu saja dengan tegas boleh kita katakan karena anak mudanya tidak cukup peduli a.k.a apatis terhadap sesamanya, saudaranya, bahkan terhadap masa depannya juga mimpi – mimpinya. Sekarang kita lihat hubungannya dengan “Pemuda Harapan Bangsa”, bagaimana mungkin bisa menjadi pemuda harapan bangsa kalau nyatanya pada dirinya sendiri saja tidak peduli, malangnya kasus napza ini melanda tidak sedikit anak muda Indonesia. Motif penggunaan narkoba ini juga beragam di kalangan anak muda ini, ada yang ingin tampil keren sampai yang ingin lari dari kenyataan dengan ketenangan palsu yang pada akhirnya hanya berujung pada kematian atau boleh juga kita sebut bunuh diri perlahan. Padahal hukum teorinya sudah demikian jelas “Jika ingin melihat masa depan sebuah negara, maka lihatlah anak mudanya.”, sekarang bagaimana mungkin Indonesia menyandarkan masa depannya  pada anak muda yang rusak parah seperti itu, yang ada malah Negara kita yang semangkin rusak.

Masih hangat dan teingat dengan jelas bahwa beberapa waktu yang lalu ketika pemberitaan banjir jakarta sedang menjadi trending topik berbagai media massa nasional, menarik bukan? Tetapi seolah tidak mau kalah menyaingi berita banjir kita kemudian di kejutkan dengan pemberitaan “ Anak SD umbar kemesraan”, yapp adegan berciuman yang mengabadikan anak SD  itu terlihat sangat natural dan dewasa banget bagaimana tidak mereka ciuman mulut ala orang barat! Sebagian dari kita mungkin berpikir “Gila masih SD udah lihai, atau mungkin lucu juga ya cinta monyet mereka?”, bagi sebagian besar kita mungkin menilai hal itu untuk lucu-lucuan saja, tetapi ayo lahh coba kita berpikir sejenak, bukan kah kita orang timur sudah paham bahwa budaya timur itu adalah budaya yang beradap dan bermoral, sekarang bagaimana apakah kita sendiri masih bisa berkata bahwa kami orang Indonesia bagian bumi sebelah timur adalah bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi serta bermoral? Aku rasa tidak bisa lagi. Kasus di atas sudah menunjukan bahwa nilai nilai luhur bangsa timur sudah tercoreng oleh bangsanya sendiri, karena tidak kuat menahan nafsu, ehh salah, karena tidak kuat pemfilteran terhadap arus modernitas dan globalisasi sehingga budaya barat yang tidak pantas diadopsi turut masuk dengan ampas-ampasnya. Sekarang kita lihat siapa yang seharusnya bertanggung jawab?, media massa jelas memiliki andil yang besar bagi perusakan bibit bibit potensial Indonesia, secara umum media massa memiliki berbagai fungsi strategis misal fungsi informatif, Fungsi Inspiratif, fungsi Komunikatif dan fungsi Entertaiment atau fungsi hiburan. Sekarang, kalau media massa lebih menonjolkan sisi entertainmentnya melalui sinetron, berita gosip, FTV dan acara show yng jauh dari kata mendidik kita bisa apa selain mematikan tv?, Tentu saja media massa bukan satu – satunya yang dapat kita persalahkan akan masalah ini, media massa boleh saja melimpahkan kesalahan kepada orang tua masing masing, karena pada awalnya media telah lulus sensor juga sudah mencantumkan logo “B.O (Bimbingan Orang tua)”, lebih jauh lagi para orang tua cerdas yang tidak mau membiarkan anaknya rusak tentusaja sah jika melimpahkan kesalahan kepada pemerintah yang tidak tegas mengontol tanayangan yang tidak mendidik bagi anak – anak.

Seerupa dengan paragraf ke-2 di atas, masalah cinta-cintaan juga tidak hanya melanda anak – anak SD saja melainkan juga kakak dan abangnya yang berada di tingkat SMP, SMA dan Juga bangku kuliahan. Widihh, ternyata tantangannya besar juga ya ketika ingin menjadi anak muda yang sebenarnya, bagaimana tidak entah kapan dimulainya budaya cinta – cintaan ini yang jelas sampai pada hari ini kondisi ini semangkin parah bisa kita katakan sebagai masalah stadium 4. Sebagian besar orang kemudian berdalih bahwa mereka mencari pacar untuk sekedar memotivasi agar semagat sekolah, semangat kuliah, dsb tentu beberapa alasan berkaitan tentang motivasi itu sangat bisa diterima oleh akal sehat juga akal sakit sekali pun, tapi letak permasalahan yang sebenarnya adalah ketika  ternyata budaya cinta – cintaan ini kemudian berujung jadi budaya SEX. Berhubung saya juga adalah seorang anak muda berdasarkan cerita dari kawan – kawan yang berpengalaman dengan banyak wanita muda yang butuh perhatian dan kasih sayang, sudah dapat kita rangkum bahwa orientasi pacaran anak muda jaman sekarang ini tidak lagi mengarah ke tujuan semangat – semangatan tetapi sudah menjurang ke tujuan “Kepuasan Seksual”, sekali lagi orientasi pacaran anak muda jaman sekarang sudah berubah ke arah orientasi “Kepuasan Seksual”. Hal ini tentu sangat sejalan dengan budaya barat dan jelas jelas bertentangan dengan budaya timur yang kearifan lokalnya sangat kuat itu ternyata sudah terinfeksi oleh virus budaya barat yang tidak sehat, tetapi hal ini masih bisa kita sangkal bahwa ternyata banyak pemimpin di dunia ternyata seorang pecinta wanita (termasuk founding father Negara Kita tercinta). Sekarang kita sebagai kaum muda kembali di hadapkan dengan sebuah pertanyaan krusial, “Bagaimana mungkin bangsa Indonesia menyandarkan masa depannya kepada sebagian besar anak muda yang ke-barat baratan seperti diatas?”. Sekarang kembali saya ingatkan bahwa iming – iming “Bonus Demografi” mungkin saja berubah jadi momok “Bencana Demografi”. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah apa yang dilakukan anak mudanya!”.

Sekarang kita sedikit beralih kepada adek – adek kita yang berada di sekolahan, atau yang sekarang  (hari Rabu Pukul 08.38 WIB tanggal 4/3-2015) sudah berada di warung kopi, tempat bilyar, warnet, Mall, atau tempat wisata. Maksud saya para pelajar muda kita lebih merasa muda ketika bisa memilih untuk membolos pada jam sekolah demi hal yang mereka senangi ketimbang berada dalam lingkungan ilmiah yang ternyata mengekang kebebasan mereka dalam bermain dan beraktivitas. Tentu saja yang memiliki kesenangan membolos hanya segelintir orang saja dan tidak semua pelajar demikian, tetapi sebagaian yang lain ternyata juga menyumbang terhadap meningkatnya angka kenakalan remaja misal, tauran pelajar, geng motor dsb. Dan lebih parahnya lagi kalau ternyata kebiasaan kebiasaan saat mereka sekolah itu berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kita boleh saja tidak tergubris mengenai masalah ini karena menganggap hanya segelintir adek pelajar kita yang demikian dan bukan masalah besar kalau kita pikir. Tetapi kepikiran juga kan kalau berbagai masalah besar berawal dari masalah – masalah kecil seperti kenakalan pelajar tersebut.

Sekali lagi saya mengingatkan bahwa “Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah apa yang anak mudanya lakukan!”. Tetapi rasanya tidak adil juga kalau kita hanya memandang negatifnya saja, beruntungnya Indonesia ternyata banyak juga ditemukan anak muda yang menginspirasi saya cantumkan beberapa misalnya Gerakan Indonesia mengajar, Gerakan Taman baca Untuk Indonesia, Traveling and Teaching, Indonesia Berkibar, Indonesia Menyala, Berbagai Himpunan Mahasiswa Prodi maupun daerah, berbagai komunitas anak muda yang positif yang berkaitan dengan Passion, Hobi, dsb ( misal Fotografi, parkour, Skate, BMX, Musik, travel, seni, budaya, dsb) dan masih banyak yang lain yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu. Tentu saja masih banyak hal positif yang dapat dilakukan anak muda indonesia yang kepada mereka lah harapan bangsa indonesia di tumpukan. Sedikit pesan tambahan Menurut saya, Anak muda itu harus antusias atau tertarik dengan isu – isu politis, bukan untuk ikut terhanyut di dalamnya melainkan agar tidak terbodohi!!

Sebenarnya saya masih ingin melanjutkan tulisan ini sebab memang masih banyak permasalahan yang ternyata tanpa atau pun sudah kita sadari menjadi masalah besar yang dapat saja mengancam kemajuan bangsa kita. Tetapi kalau berbicara masalah saja rasanya hanya membuat kita pesimis kalau bangsa kita bisa maju, maka dari itu saya sebagai anak muda mengajak sesama anak muda untuk dapat peduli dengan kondisi anak muda yang sekarang sedang di hadapi banyak sekali permasalahan. Minimal kita melakukan pendekatan persuasif untuk mengajak kawan dekat kita untuk melakukan hal yang positif, mungkin saja jik ada 40.000 anak muda dapat menyebarkan semangat positif maka kemajuan bangsa kita sudah di depan mata dan tinggal selangkah lagi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa “ Jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa maka lihat apa yang dilakukan anak mudanya!”.

Sumber : www.google.com


NEGARA KITA TERCINTA PUNYA 4 CITA – CITA BESAR YANG LUHUR, KALAU PEMUDA INDONESIA SENDIRI SAJA TIDAK MAU MEMANTASKAN DIRINYA, LANTAS KEPADA SIAPA LAGI NEGARA KITA MENOPANGKAN HARAPANNYA, YANG JELAS TIDAK MUNGKIN LAGI KEPADA PARA PAHLAWAN YANG TERLAMPAU LELAH MENEBUS KEMERDEKAAN RI.


HIDUP PEMUDA INDONESIA!!!

Salam dari anak pelosok negeri sebelah Kalimantan Barat. :D
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment