By Heru Afandi

Sunday, March 1, 2015

Pemuda Dalam Perspektif


Sumber : Google.com

Kebanyakan pasti setuju bahwa anak muda itu identik dengan hal – hal yang berbau semangat perubahan, ya sesuatu tentang cerminan jiwa muda, semisal : inovasi, kreatifitas, dan optimisme. Peranan pemuda yang lebih dominan sebagai penggerak perubahan tidak dapat terelakkan dan begitu banyak perihal itu telah terbukti secara teoritis maupun praktis di sekitar kita. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang diperbuat pemuda – pemuda dalam garis sejarah indonesia. Organisasi kepemudaan Budi Utomo misalnya, organisasi sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik . Budi Utomo sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908 berikutnya Tri Koro Dharmo, Jong Sumatra Bond, Jong Indonesia, dan organisasi juga Indonesia Muda yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda. Sudah sedemikian banyak organisasi kepemudaan yang tercatat dalam sejarah Indonesia, ini membuktikan bahwa para pemuda adalah motor penggerak perubahan (progres) Indonesia ke arah yang lebih baik.

Begitu pun pada hari ini, para pemuda seharusnya masih menjadi motor penggerak perubahan di tengah masyarakat. Dari pemuda yang notabene  memiliki antusiasme yang tinggi, bersemangat, serta terbuka pada hal baru itu kemudian ide – ide pembaharuan dilahirkan. Pemuda dari dulu hingga sekarang identik dengan hal berbau inovasi, kreatifitas yang pada gilirannya akan mendorong perubahan satu tingkat lebih maju. Berikut adalah uraian teoritis yang seharusnya melanda pemuda di Indonesia. Kreatifitas, inovasi serta semangat perubahan juga harapan akan sebuah keadaan masyarakat yang lebih baik menjadi representasi semangat muda dalam diri seorang pemuda di Indonesia. Begitu lah teorinya berbunyi, tetapi sekali lagi teori jika di lihat dari satu sisi tetap lah teori.

Nah sekarang mari lah kita lihat kondisi sebenarnya yang melanda para pemuda di Negara kita tercinta ini. Belakangan media sosial bisa di bilang sangaat akrab dengan sebagaian besar kaum muda di Indonesia, bukan terlampau hal yang tidak wajar mengingat fungsinya sebagai sarana komunikasi jarak jauh yang efektif dan efesien selama ada jaringan internet. Tetapi saking dekatnya, terlampau sering memainkannya sampai tiap jam juga tidak terlalu baik, padahal di interner terdapat banyak sekali konten berkualitas yang bisa menambah wawasan. Di perparah lagi sosmed sampai jadi tempat pencurahan perasaan dan sebagainya tetapi sejauh tidak berlebihan sosmed juga berdampak positif. Pengguna aktif sosial media yang notabene usia muda serta melebarnya fungsi sosmed selain sebagai media komunikasi telah berdampak ke mubazirnya sebagian besar waktu kaum muda, sementara itu menurut hemat saya, seorang anak muda harus menjaga efektifitas waktunya untuk hal yang berguna bagi dirinya sendiri. Hiburan memang perlu, tetapi jika berlebihan hanya akan membawa generasi muda Indonesia menjadi generasi muda yang tidak produktif. Dan puncaknya, besarnya jumlah pemuda yang tidak produktif pada gilirannya akan membuat harapan akan “bonus” demografi berubah berubah menjadi “bencana” demografi karena besarnya angka kaum muda yang tidak produktif. Tentu saja menjadi bagian dari bencana demografi saja sudah bisa membuat negara kita tercinta ini mengalami perlambatan yang signifikan dalam proses kemajuannya. Saya sering membayangkan jika anak muda indonesia akrab dengan buku, dan sekolah – sekolah itu setiap harinya penuh dengan diskusi begitu pun coffee shop. Rental game sepi juga tempat hiburan sepi pada hari wisata tetapi hanya ramai waktu weekend atau liburan tiba, banyak kaum muda yang berpikir maju menciptakan komunitas positif yang tidak hanya berkumpul tetapi juga bermanfaat banyak bagi masyarakat, Perpustakaan serta tempat-tempat ibadah dipenuhi anak muda setiap waktunya. Wah, tidak dapat saya bayangkan kalau sebagian besar anak muda indonesia sudah mampu berpikir maju serta dekat dengan kemajuan ilmiah serta rasa persatuan yang tinggi maka besar harapan saya bahwa kemajuan Indonesia sudah di depan mata.

Masih belum selesai dengan masalah yang kita hadapi sebagai kaum muda selain perilaku yang mencerminkan sikap hedonis, perilaku konsumtif, narkoba, dan perilaku cinta-cintaan dan masih banyak lagi masalah kaum muda, secara pribadi kita juga bingung pasti jika di hadapkan dengan pertanyaan “siapa yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap situasi kaum muda hari ini?”, atau pertanyaan “apa yang menyebabkan pergeseran nilai sampai seperti ini?”, tentu kita bingung menjawabnya. Apakah sosialisasi primer di keluarga kurang sempurna, atau kah kesalahan institusi pendidikan dasar, menengah juga atas yang hanya menekankan kemampuan menghafal bukan melahirkan para kaum muda yang pemikir, atau kah ini semua disebabkan konten media massa (televisi misalnya) yang hanya menyajikan fungsinya sebagai media entertainment yang lebih  banyak menyajikan konten tidak mendidik seperti sinetron, FTV, serta acara show yang jauh dari kata mendidik, atau kah pemerintah yang tidak serius dalam mengelola potensi muda Indonesia. Nah, tentu kita bingung siapa yang harus disalahkan dengan kondisi yang sedemikian kacau yang melanda kaum muda Indonesia. Sepengetahuan dangkal saya bahwa ini adalah permasalahan kita bersama, yang harus kita selesaikan secara holistis dan merupakan tanggung jawab kita bersama.


Sumber : Google.com


 
Entah apakah kita harus terkejut, atau sekedar pura – pura berpikir mengenai permasalahan yang kaum muda Indonesia hadapi ini, hal ini lebih di perburuk lagi apa bila kaum muda yang bermasalah ini ternyata lebih banyak yang tidak sadar bahwa sikap dan kebiasaanya ternyata menjadi bagian dari permasalahan muda Indonesia yang sangat krusial ini. Secara subjektif saya menilai masa muda harusnya menjadi masa yang produktif dan tidak pernah sia-sia. Tetapi bagaimana lagi, setelah sekarang kita dihadapkan dengan permasalahan besar yang luas, terstruktur dan mengakar ini. Tentu saja kita boleh bersikap pesimistis kalau bonus demografi akan berubah menjadi bencana demografi dan diam saja melihat masalah ini. Berbicara solusi saya juga terlampau pesimis andai ternyata  hanya saya sendiri yang menganggap ini sebagai sebuah masalah yang di hadapi pemuda pada hari ini.

Pemuda adalah insan yang identik dengan antusiasme, perubahan, aktif, positif dan produktif tetapi saya bilang sekali lagi ternyata hal ini adalah fiktif belaka kalau ternyata faktor-faktor pendukungnya tidak menjadi alasan bahwa anak muda harusnya memang demikian. Sekali lagi anak muda yang minim pengalaman ini butuh contoh dan teladan yang baik maka ia akan menjadi baik begitu aturan alam sebaliknya. Generasi muda adalah penopang peradaban dan budaya negara kita tercinta, kalau generasi mudanya sudah rusak/ dirusak maka saya sangat pesimis bahwa bonus demografi yang dicanangkan pemerintah akan  terwujud bahkan akan sebaliknya.

Dukung fungsi pemuda sebagai motor perubahan, maka kemajuan peradaban dan budaya negara kita tercinta ini bukan lagi sekedar angan tapi sudah di depan mata. Saya optimis masih banyak anak muda indonesia kalau Indonesia perlu dirinya.

Salam dari pemuda pelosok negeri sebelah Kal-bar. :D

Sumber : Google.com


Tulisan singkat kali ini akan saya tutup dengan beberapa qoutes tentang pemuda.

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri”
- Pramoedya Ananta Toer

“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”
- Pramoedya Ananta Toer

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .
- Bung Karno

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”.
- Tan Malaka



Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment