Kebanyakan
pasti setuju bahwa anak muda itu identik dengan hal – hal yang berbau semangat perubahan,
ya sesuatu tentang cerminan jiwa muda, semisal : inovasi, kreatifitas, dan
optimisme. Peranan pemuda yang lebih dominan sebagai penggerak perubahan tidak dapat
terelakkan dan begitu banyak perihal itu telah terbukti secara teoritis maupun
praktis di sekitar kita. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang diperbuat
pemuda – pemuda dalam garis sejarah indonesia. Organisasi kepemudaan Budi Utomo
misalnya, organisasi sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik . Budi Utomo sebuah
organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA pada
tanggal 20 Mei 1908 berikutnya Tri Koro Dharmo, Jong Sumatra Bond, Jong
Indonesia, dan organisasi juga Indonesia Muda yang lahir karena dorongan Sumpah
Pemuda. Sudah sedemikian banyak organisasi kepemudaan yang tercatat dalam
sejarah Indonesia, ini membuktikan bahwa para pemuda adalah motor penggerak
perubahan (progres) Indonesia ke arah yang lebih baik.
Begitu pun
pada hari ini, para pemuda seharusnya masih menjadi motor penggerak perubahan
di tengah masyarakat. Dari pemuda yang notabene
memiliki antusiasme yang tinggi, bersemangat, serta terbuka pada hal
baru itu kemudian ide – ide pembaharuan dilahirkan. Pemuda dari dulu hingga
sekarang identik dengan hal berbau inovasi, kreatifitas yang pada gilirannya
akan mendorong perubahan satu tingkat lebih maju. Berikut adalah uraian
teoritis yang seharusnya melanda pemuda di Indonesia. Kreatifitas, inovasi
serta semangat perubahan juga harapan akan sebuah keadaan masyarakat yang lebih
baik menjadi representasi semangat muda dalam diri seorang pemuda di Indonesia.
Begitu lah teorinya berbunyi, tetapi sekali lagi teori jika di lihat dari satu
sisi tetap lah teori.
Nah sekarang
mari lah kita lihat kondisi sebenarnya yang melanda para pemuda di Negara kita
tercinta ini. Belakangan media sosial bisa di bilang sangaat akrab dengan
sebagaian besar kaum muda di Indonesia, bukan terlampau hal yang tidak wajar
mengingat fungsinya sebagai sarana komunikasi jarak jauh yang efektif dan
efesien selama ada jaringan internet. Tetapi saking dekatnya, terlampau sering
memainkannya sampai tiap jam juga tidak terlalu baik, padahal di interner
terdapat banyak sekali konten berkualitas yang bisa menambah wawasan. Di perparah
lagi sosmed sampai jadi tempat pencurahan perasaan dan sebagainya tetapi sejauh
tidak berlebihan sosmed juga berdampak positif. Pengguna aktif sosial media
yang notabene usia muda serta melebarnya fungsi sosmed selain sebagai media komunikasi
telah berdampak ke mubazirnya sebagian besar waktu kaum muda, sementara itu
menurut hemat saya, seorang anak muda harus menjaga efektifitas waktunya untuk
hal yang berguna bagi dirinya sendiri. Hiburan memang perlu, tetapi jika
berlebihan hanya akan membawa generasi muda Indonesia menjadi generasi muda
yang tidak produktif. Dan puncaknya, besarnya jumlah pemuda yang tidak
produktif pada gilirannya akan membuat harapan akan “bonus” demografi berubah
berubah menjadi “bencana” demografi karena besarnya angka kaum muda yang tidak
produktif. Tentu saja menjadi bagian dari bencana demografi saja sudah bisa
membuat negara kita tercinta ini mengalami perlambatan yang signifikan dalam
proses kemajuannya. Saya sering membayangkan jika anak muda indonesia akrab
dengan buku, dan sekolah – sekolah itu setiap harinya penuh dengan diskusi
begitu pun coffee shop. Rental game
sepi juga tempat hiburan sepi pada hari wisata tetapi hanya ramai waktu weekend atau liburan tiba, banyak kaum
muda yang berpikir maju menciptakan komunitas positif yang tidak hanya
berkumpul tetapi juga bermanfaat banyak bagi masyarakat, Perpustakaan serta
tempat-tempat ibadah dipenuhi anak muda setiap waktunya. Wah, tidak dapat saya
bayangkan kalau sebagian besar anak muda indonesia sudah mampu berpikir maju
serta dekat dengan kemajuan ilmiah serta rasa persatuan yang tinggi maka besar
harapan saya bahwa kemajuan Indonesia sudah di depan mata.
Masih belum
selesai dengan masalah yang kita hadapi sebagai kaum muda selain perilaku yang
mencerminkan sikap hedonis, perilaku konsumtif, narkoba, dan perilaku
cinta-cintaan dan masih banyak lagi masalah kaum muda, secara pribadi kita juga
bingung pasti jika di hadapkan dengan pertanyaan “siapa yang sebenarnya
bertanggung jawab terhadap situasi kaum muda hari ini?”, atau pertanyaan “apa
yang menyebabkan pergeseran nilai sampai seperti ini?”, tentu kita bingung
menjawabnya. Apakah sosialisasi primer di keluarga kurang sempurna, atau kah
kesalahan institusi pendidikan dasar, menengah juga atas yang hanya menekankan
kemampuan menghafal bukan melahirkan para kaum muda yang pemikir, atau kah ini
semua disebabkan konten media massa (televisi misalnya) yang hanya menyajikan
fungsinya sebagai media entertainment yang lebih banyak menyajikan konten tidak mendidik
seperti sinetron, FTV, serta acara show yang jauh dari kata mendidik, atau kah
pemerintah yang tidak serius dalam mengelola potensi muda Indonesia. Nah, tentu
kita bingung siapa yang harus disalahkan dengan kondisi yang sedemikian kacau
yang melanda kaum muda Indonesia. Sepengetahuan dangkal saya bahwa ini adalah
permasalahan kita bersama, yang harus kita selesaikan secara holistis dan
merupakan tanggung jawab kita bersama.
Entah apakah
kita harus terkejut, atau sekedar pura – pura berpikir mengenai permasalahan
yang kaum muda Indonesia hadapi ini, hal ini lebih di perburuk lagi apa bila
kaum muda yang bermasalah ini ternyata lebih banyak yang tidak sadar bahwa
sikap dan kebiasaanya ternyata menjadi bagian dari permasalahan muda Indonesia
yang sangat krusial ini. Secara subjektif saya menilai masa muda harusnya
menjadi masa yang produktif dan tidak pernah sia-sia. Tetapi bagaimana lagi,
setelah sekarang kita dihadapkan dengan permasalahan besar yang luas,
terstruktur dan mengakar ini. Tentu saja kita boleh bersikap pesimistis kalau
bonus demografi akan berubah menjadi bencana demografi dan diam saja melihat
masalah ini. Berbicara solusi saya juga terlampau pesimis andai ternyata hanya saya sendiri yang menganggap ini sebagai
sebuah masalah yang di hadapi pemuda pada hari ini.
Pemuda adalah
insan yang identik dengan antusiasme, perubahan, aktif, positif dan produktif
tetapi saya bilang sekali lagi ternyata hal ini adalah fiktif belaka kalau
ternyata faktor-faktor pendukungnya tidak menjadi alasan bahwa anak muda
harusnya memang demikian. Sekali lagi anak muda yang minim pengalaman ini butuh
contoh dan teladan yang baik maka ia akan menjadi baik begitu aturan alam
sebaliknya. Generasi muda adalah penopang peradaban dan budaya negara kita
tercinta, kalau generasi mudanya sudah rusak/ dirusak maka saya sangat pesimis
bahwa bonus demografi yang dicanangkan pemerintah akan terwujud bahkan akan sebaliknya.
Dukung fungsi
pemuda sebagai motor perubahan, maka kemajuan peradaban dan budaya negara kita
tercinta ini bukan lagi sekedar angan tapi sudah di depan mata. Saya optimis
masih banyak anak muda indonesia kalau Indonesia perlu dirinya.
Salam dari
pemuda pelosok negeri sebelah Kal-bar. :D
Tulisan singkat
kali ini akan saya tutup dengan beberapa qoutes tentang pemuda.
“Kalian pemuda, kalau kalian tidak
punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak
diri”
- Pramoedya Ananta Toer
“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah
masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”
- Pramoedya
Ananta Toer
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia” .
- Bung Karno
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang
hanya dimiliki oleh pemuda”.
- Tan Malaka