By Heru Afandi

Sunday, July 6, 2014

Antara Cinta dan Normalitas Manusia edisi revisi



"Bilamana hati bisa berbicara, maka akan kau dengar suara halus yang berusaha sesering mungkin meng-eja tiap huruf nama-mu... Andaikata mata ini dapat bersuara, akan kau dengar ia menentang logika untuk tetap memposisikan diri melihat mu... Bahkan seandainya sepasang indra pendengaran ini dapat berkata - kata, akan kau temukan ia merajuk sepanjang hari jika tidak mendengar suara mu...
Tapi ini hanya mulut, yang bisa berbicara tapi tidak sampai hati untuk mengungkapkan semuanya."

            Selamat Pagi, hari ini adalah hari minggu cerah dengan mata langit teduh yang bersinar penuh semangat dari belahan barat bumi khatulistiwa.

            Sedikit pengantar tulisan sederhana ini adalah pandangan subjektif ku tentang realitas yang terjadi baik terhadap pribadi sendiri maupun realitas yang terjadi di sekitar aku. Karena ini adalah blog pribadi, untuk membaca postingan ini berarti kita telah sepakat bahwa apa pun pandangan yang tertulis disini adalah sifatnya perspektif individu dan sangat relatif. Artinya tulisan ini tidak mengandung arti apapun kecuali pandangan subjektif dari aku. Salam,

            “Cinta”, ya.. cinta. Apa pun itu cinta pada hari ini cinta telah menjelma bak virus kejam yang kehausan mangsa. Ya,.. aku rasa ungkapan itu sangatlah tepat, mengingat sekarang ini  begitu banyak orang yang terinfeksi (paradoks) oleh cinta.  Bicara lebih kompleks ke arah pengertian aku rasa setiap orang punya persepsi masing – masing soal perkara ini. Yaaa, kau tau... ketika ada sesuatu yang bergetar di suatu tempat di salah satu organ tubuh mu ketika seseorang yang menarik di mata mu lewat, atau pun hanya sekedar mendengar namanya, atau bahkan ketika lidah mu sibuk merajut doa untuk orang yang bersangkutan, mungkin deskripsi ini juga terlalu sederhana untuk menggambarkan perasaan itu. Begitulah cinta, kadang kau tau bagaimana rasanya tapi akan sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana rasanya. Ibarat kata orang bijak cinta itu tanpa alasan, kalau masih beralasan maka bukan cinta.

            Adalah sebuah hal yang menarik bagi aku secara pribadi untuk mengangkat perihal cinta ini, kita tahu bahwa manusia secara normal pasti memiliki rasa ini. Jika dikaitkan dengan normalitas manusia, aku rasa cinta itu adalah naluri. Dan setiap manusia baik adam maupun hawa keduanya pasti memiliki naluri. Cinta adalah naluri dasar manusia. Dimana kau merasa ada sesuatu tapi kau bingung karena tidak bisa menjabarkan rumusnya.

Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap manusia lain (dalam artikel ini aku khususkan ke konteks lawan jenis), berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Sesungguhnya gelar cinta itu cukup sakral untuk kita permainkan oleh kepentingan sesaat, sepertipun juga cinta adalah penghormatan.

Yaa, seperti yang kita ketahui bahwa linier dengan perkembangan pola pikir manusia maka cinta pun semangkin diperluas  elemen penyebaran infeksinya, sebut saja lagu, novel, cerpen, puisi, dsb. Lagi pula ketika mendengar kata cinta rasanya sangat merdu/damai sekali. Karena sifatnya yang merupakan naluri, cinta akan membawa manusia kepada penghormatan tertinggi bagi dirinya tentunya jika diimbangi nilai nilai lain (sebut saja Ketuhanan), akan tetapi akan parah jadinya jika ia dipadukan dengan hal hal yang menjurus ke arah yg agak menyimpang ke nilai nilai sosial.

Cinta adalah naluri dasar sifat manusia, cinta adalah penghormatan. Bila dianalogikan Cinta itu seperti tanaman hijau, ia tumbuh dan besar bersama waktu. Tapi satu hal, berhati – hati lah terhadap tanaman hijau yang tumbuh ditempat kotor.

Pengantar awal,

“Dan begitulah mawar yang dulu, mawar yang hingga kini masih ku genggam dengan erat seraya melangkah melawan hening-nya sepi. Begitu eratnya hingga duri – duri lunaknya kemudian mendaging, dan akar – akarnya menjadi pembuluh darah. Dan ia hidup dengan sisa – sisa pikiran dari hati. Hati yang tidak akan pernah bisa mendusta. Hingga Tuhan-ku melepasnya, ia akan tetap hidup, tetap tergenggam sampai jarum waktu berakhir di penghujung petang yang tidak pernah sama lagi.~”

Seperti pesan filsuf cina ;
“Dicintai dengan tulus oleh seseorang memberi mu kekuatan, mencintai seseorang dengan tulus memberi mu keberanian.~” (Lao Tzu – Filsuf China)

Juga pesan albert Eintein ;
“Where there is love, there is no imposition.~” (Albert Eintein)


Suatu saat kita semua pasti tau apa hahikat dari pengertian cinta yang sebenarnya. Yeah, someday J
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment